Rabu, 01 April 2009

LINK SOLAR CELL

nech, link-link yg belum kebaca..
huhh...
ngantuuuk

http://www.pv.unsw.edu.au/future-students/pv-devices/how-they-work.asp
http://energisurya.wordpress.com/2007/11/20/sel-surya-silikon-sang-primadona/
http://www-rpl.stanford.edu/research/biology/bioelectricity/bio-solar-cell/
http://www.sz-wholesale.com/shenzhen_China_products/solar-mobile-phone-charger_1.htm
http://www.global-greenhouse-warming.com/graphs-diagrams-of-global-warming-and-climate.html
http://www.freshnews.in/now-solar-cells-can-be-printed-cheaply-on-polymer-paper-128910
http://home.howstuffworks.com/solar-light2.htm
http://energisurya.wordpress.com/2008/07/10/melihat-prinsip-kerja-sel-surya-lebih-dekat/
http://adekusnadi.wordpress.com/2008/10/24/sel-surya/system-solar-cell/
http://novakumala.blogspot.com/2008/02/solar-cell-sebagai-bentuk-penghematan.html
http://www.speedace.info/solar_cars/honda_solar_car_japan.htm
http://www.lbl.gov/Science-Articles/Archive/sb-MSD-multibandsolar-panels.html
http://www.solarsam.com/about-solar-energy/solarcells.html
http://www.global-greenhouse-warming.com/graphs-diagrams-of-global-warming-and-climate.html

TITIP catu daya

Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct current) yang stabil agar dapat dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu daya DC yang paling baik. Namun untuk aplikasi yang membutuhkan catu daya lebih besar, sumber dari baterai tidak cukup. Sumber catu daya yang besar adalah sumber bolak-balik AC (alternating current) dari pembangkit tenaga listrik. Untuk itu diperlukan suatu perangkat catu daya yang dapat mengubah arus AC menjadi DC. Pada tulisan kali ini disajikan prinsip rangkaian catu daya (power supply) linier mulai dari rangkaian penyearah yang paling sederhana sampai pada catu daya yang ter-regulasi.

PENYEARAH (RECTIFIER)

Prinsip penyearah (rectifier) yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar-1 berikut ini. Transformator diperlukan untuk menurunkan tegangan AC dari jala-jala listrik pada kumparan primernya menjadi tegangan AC yang lebih kecil pada kumparan sekundernya.

gambar 1 : rangkaian penyearah sederhana

Pada rangkaian ini, dioda berperan untuk hanya meneruskan tegangan positif ke beban RL. Ini yang disebut dengan penyearah setengah gelombang (half wave). Untuk mendapatkan penyearah gelombang penuh (full wave) diperlukan transformator dengan center tap (CT) seperti pada gambar-2.

gambar 2 : rangkaian penyearah gelombang penuh

Tegangan positif phasa yang pertama diteruskan oleh D1 sedangkan phasa yang berikutnya dilewatkan melalui D2 ke beban R1 dengan CT transformator sebagai common ground.. Dengan demikian beban R1 mendapat suplai tegangan gelombang penuh seperti gambar di atas. Untuk beberapa aplikasi seperti misalnya untuk men-catu motor dc yang kecil atau lampu pijar dc, bentuk tegangan seperti ini sudah cukup memadai. Walaupun terlihat di sini tegangan ripple dari kedua rangkaian di atas masih sangat besar.

gambar 3 : rangkaian penyearah setengah gelombang dengah filter C

Gambar 3 adalah rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter kapasitor C yang paralel terhadap beban R. Ternyata dengan filter ini bentuk gelombang tegangan keluarnya bisa menjadi rata. Gambar-4 menunjukkan bentuk keluaran tegangan DC dari rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter kapasitor. Garis b-c kira-kira adalah garis lurus dengan kemiringan tertentu, dimana pada keadaan ini arus untuk beban R1 dicatu oleh tegangan kapasitor. Sebenarnya garis b-c bukanlah garis lurus tetapi eksponensial sesuai dengan sifat pengosongan kapasitor.

gambar 4 : bentuk gelombang dengan filter kapasitor

Kemiringan kurva b-c tergantung dari besar arus I yang mengalir ke beban R. Jika arus I = 0 (tidak ada beban) maka kurva b-c akan membentuk garis horizontal. Namun jika beban arus semakin besar, kemiringan kurva b-c akan semakin tajam. Tegangan yang keluar akan berbentuk gigi gergaji dengan tegangan ripple yang besarnya adalah :

Vr = VM -VL …....... (1)



dan tegangan dc ke beban adalah Vdc = VM + Vr/2 ..... (2)

Rangkaian penyearah yang baik adalah rangkaian yang memiliki tegangan ripple paling kecil. VL adalah tegangan discharge atau pengosongan kapasitor C, sehingga dapat ditulis :

VL = VM e -T/RC .......... (3)

Jika persamaan (3) disubsitusi ke rumus (1), maka diperoleh :

Vr = VM (1 - e -T/RC) ...... (4)

Jika T << RC, dapat ditulis : e -T/RC » 1 - T/RC ..... (5)

sehingga jika ini disubsitusi ke rumus (4) dapat diperoleh persamaan yang lebih sederhana :

Vr = VM(T/RC) .... (6)

VM/R tidak lain adalah beban I, sehingga dengan ini terlihat hubungan antara beban arus I dan nilai kapasitor C terhadap tegangan ripple Vr. Perhitungan ini efektif untuk mendapatkan nilai tengangan ripple yang diinginkan.

Vr = I T/C ... (7)

Rumus ini mengatakan, jika arus beban I semakin besar, maka tegangan ripple akan semakin besar. Sebaliknya jika kapasitansi C semakin besar, tegangan ripple akan semakin kecil. Untuk penyederhanaan biasanya dianggap T=Tp, yaitu periode satu gelombang sinus dari jala-jala listrik yang frekuensinya 50Hz atau 60Hz. Jika frekuensi jala-jala listrik 50Hz, maka T = Tp = 1/f = 1/50 = 0.02 det. Ini berlaku untuk penyearah setengah gelombang. Untuk penyearah gelombang penuh, tentu saja fekuensi gelombangnya dua kali lipat, sehingga T = 1/2 Tp = 0.01 det.

Penyearah gelombang penuh dengan filter C dapat dibuat dengan menambahkan kapasitor pada rangkaian gambar 2. Bisa juga dengan menggunakan transformator yang tanpa CT, tetapi dengan merangkai 4 dioda seperti pada gambar-5 berikut ini.

gambar 5 : rangkaian penyearah gelombang penuh dengan filter C

Sebagai contoh, anda mendisain rangkaian penyearah gelombang penuh dari catu jala-jala listrik 220V/50Hz untuk mensuplai beban sebesar 0.5 A. Berapa nilai kapasitor yang diperlukan sehingga rangkaian ini memiliki tegangan ripple yang tidak lebih dari 0.75 Vpp. Jika rumus (7) dibolak-balik maka diperoleh.

C = I.T/Vr = (0.5) (0.01)/0.75 = 6600 uF.

Untuk kapasitor yang sebesar ini banyak tersedia tipe elco yang memiliki polaritas dan tegangan kerja maksimum tertentu. Tegangan kerja kapasitor yang digunakan harus lebih besar dari tegangan keluaran catu daya. Anda barangkalai sekarang paham mengapa rangkaian audio yang anda buat mendengung, coba periksa kembali rangkaian penyearah catu daya yang anda buat, apakah tegangan ripple ini cukup mengganggu. Jika dipasaran tidak tersedia kapasitor yang demikian besar, tentu bisa dengan memparalel dua atau tiga buah kapasitor.
REGULATOR

Rangkaian penyearah sudah cukup bagus jika tegangan ripple-nya kecil, namun ada masalah stabilitas. Jika tegangan PLN naik/turun, maka tegangan outputnya juga akan naik/turun. Seperti rangkaian penyearah di atas, jika arus semakin besar ternyata tegangan dc keluarnya juga ikut turun. Untuk beberapa aplikasi perubahan tegangan ini cukup mengganggu, sehingga diperlukan komponen aktif yang dapat meregulasi tegangan keluaran ini menjadi stabil.

Rangkaian regulator yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar 6. Pada rangkaian ini, zener bekerja pada daerah breakdown, sehingga menghasilkan tegangan output yang sama dengan tegangan zener atau Vout = Vz. Namun rangkaian ini hanya bermanfaat jika arus beban tidak lebih dari 50mA.

gambar 6 : regulator zener

Prinsip rangkaian catu daya yang seperti ini disebut shunt regulator, salah satu ciri khasnya adalah komponen regulator yang paralel dengan beban. Ciri lain dari shunt regulator adalah, rentan terhadap short-circuit. Perhatikan jika Vout terhubung singkat (short-circuit) maka arusnya tetap I = Vin/R1. Disamping regulator shunt, ada juga yang disebut dengan regulator seri. Prinsip utama regulator seri seperti rangkaian pada gambar 7 berikut ini. Pada rangkaian ini tegangan keluarannya adalah :

Vout = VZ + VBE ........... (8)

VBE adalah tegangan base-emitor dari transistor Q1 yang besarnya antara 0.2 - 0.7 volt tergantung dari jenis transistor yang digunakan. Dengan mengabaikan arus IB yang mengalir pada base transistor, dapat dihitung besar tahanan R2 yang diperlukan adalah :

R2 = (Vin - Vz)/Iz .........(9)

Iz adalah arus minimum yang diperlukan oleh dioda zener untuk mencapai tegangan breakdown zener tersebut. Besar arus ini dapat diketahui dari datasheet yang besarnya lebih kurang 20 mA.

gambar 7 : regulator zener follower

Jika diperlukan catu arus yang lebih besar, tentu perhitungan arus base IB pada rangkaian di atas tidak bisa diabaikan lagi. Dimana seperti yang diketahui, besar arus IC akan berbanding lurus terhadap arus IB atau dirumskan dengan IC = bIB. Untuk keperluan itu, transistor Q1 yang dipakai bisa diganti dengan tansistor darlington yang biasanya memiliki nilai b yang cukup besar. Dengan transistor darlington, arus base yang kecil bisa menghasilkan arus IC yang lebih besar.

Teknik regulasi yang lebih baik lagi adalah dengan menggunakan Op-Amp untuk men-drive transistor Q, seperti pada rangkaian gambar 8. Dioda zener disini tidak langsung memberi umpan ke transistor Q, melainkan sebagai tegangan referensi bagi Op-Amp IC1. Umpan balik pada pin negatif Op-amp adalah cuplikan dari tegangan keluar regulator, yaitu :

Vin(-) = (R2/(R1+R2)) Vout ....... (10)

Jika tegangan keluar Vout menaik, maka tegangan Vin(-) juga akan menaik sampai tegangan ini sama dengan tegangan referensi Vz. Demikian sebaliknya jika tegangan keluar Vout menurun, misalnya karena suplai arus ke beban meningkat, Op-amp akan menjaga kestabilan di titik referensi Vz dengan memberi arus IB ke transistor Q1. Sehingga pada setiap saat Op-amp menjaga kestabilan :

Vin(-) = Vz ......... (11)

gambar 8 : regulator dengan Op-amp

Dengan mengabaikan tegangan VBE transistor Q1 dan mensubsitusi rumus (11) ke dalam rumus (10) maka diperoleh hubungan matematis :

Vout = ( (R1+R2)/R2) Vz........... (12)

Pada rangkaian ini tegangan output dapat diatur dengan mengatur besar R1 dan R2.

Sekarang mestinya tidak perlu susah payah lagi mencari op-amp, transistor dan komponen lainnya untuk merealisasikan rangkaian regulator seperti di atas. Karena rangkaian semacam ini sudah dikemas menjadi satu IC regulator tegangan tetap. Saat ini sudah banyak dikenal komponen seri 78XX sebagai regulator tegangan tetap positif dan seri 79XX yang merupakan regulator untuk tegangan tetap negatif. Bahkan komponen ini biasanya sudah dilengkapi dengan pembatas arus (current limiter) dan juga pembatas suhu (thermal shutdown). Komponen ini hanya tiga pin dan dengan menambah beberapa komponen saja sudah dapat menjadi rangkaian catu daya yang ter-regulasi dengan baik.

gambar 9 : regulator dengan IC 78XX / 79XX

Misalnya 7805 adalah regulator untuk mendapat tegangan 5 volt, 7812 regulator tegangan 12 volt dan seterusnya. Sedangkan seri 79XX misalnya adalah 7905 dan 7912 yang berturut-turut adalah regulator tegangan negatif 5 dan 12 volt.

Selain dari regulator tegangan tetap ada juga IC regulator yang tegangannya dapat diatur. Prinsipnya sama dengan regulator OP-amp yang dikemas dalam satu IC misalnya LM317 untuk regulator variable positif dan LM337 untuk regulator variable negatif. Bedanya resistor R1 dan R2 ada di luar IC, sehingga tegangan keluaran dapat diatur melalui resistor eksternal tersebut.

Hanya saja perlu diketahui supaya rangkaian regulator dengan IC tersebut bisa bekerja, tengangan input harus lebih besar dari tegangan output regulatornya. Biasanya perbedaan tegangan Vin terhadap Vout yang direkomendasikan ada di dalam datasheet komponen tersebut. Pemakaian heatshink (aluminium pendingin) dianjurkan jika komponen ini dipakai untuk men-catu arus yang besar. Di dalam datasheet, komponen seperti ini maksimum bisa dilewati arus mencapai 1 A.

Sedikit Aplikasi Solar cell

Pengisi Batere Dengan Tenaga Matahari - Solar Cell - Pengisi Batere Dengan Tenaga Matahari - Solar Cell Tak jarang Anda berada pada situasi dimana charging batere handphone atau gadget kesayangan begitu susah (tidak mungkin) dilakukan. Misalkan anda berada di kapal laut, dimana ada stop kontak disitu pula para pemilik HP mengantri. Atau saat berkemping di alam terbuka, maupun saat aliran listrik di lingkungan Anda tiba-tiba padam. Mobile solar cell bisa menjadi solusi, perangkat ini memanfaatkan sinar surya yang berlimpah dan mengubahnya menjadi daya listrik untuk mengisi batere handphone dan gadget lain.

Dapatkan di http://www.the-onlineretail.com

Features:
- Ramah lingkungan
- Bentuk dan desain yang ringkas sehingga mudah dibawa kemana-mana
- Dapat mengisi (charging) berbagai merk handphone (Samsung, Sony Ericksson, Dopod, Nokia, LG, dll) dengan sinar matahari.
- Proses mengisi (charging) sampai penuh 60-150 menit (tergantung intensitas cahaya matahari)
- Dapat digunakan untuk charging Ipod, PDA, MP3/4, Radios, Portable CD
- Dilengkapi internal batere, dapat menyimpan energi sehingga anda bisa melakukan charging dengan memanfaatkan energi pada batere.
- Fungsi pengaman tegangan. Dengan fitur ini, perangkat Anda akan selalu terlindungi dari tegangan pendek saat di charge..

Aplikasi elektronika

ku coba menghindar dari sistem AT, tapi smakin menghindar dapat trrrruusss..
aaaaaaaaaaah

PEMANFAATAN MIKROKONTROLER SEBAGAI PENGENDALI SOLAR TRACKER UNTUK MENDAPATKAN ENERGI MAKSIMAL


P erancangan ini bertujuan untuk membuat suatu alat penyimpan energi listrik melalui solar cell yang dapat seoptimal mungkin mendapatkan panas dari sinar matahari. Kondisi ini dapat dilakukan jika solar cell tersebut selalu tegak lurus terhadap arah fokus datangnya sinar matahari, dengan demikian solar cell harus selalu mengikuti arah pergerakan matahari.

Untuk dapat merealisasi sistem tersebut dibutuhkan beberapa sensor peka cahaya yang membaca arah datangnya
cahaya dari beberapa sudut. Sudut yang paling kuat dari sensor peka cahaya
tersebut diasumsikan sebagai sudut fokus arah datangnya sinar matahari, sehingga
sudut dengan fokus terkuat tersebutlah yang akan diikuti oleh pergerakan solar
tracker ini.
Sebagai sensor peka cahaya digunakan 5 buah sensor peka cahaya (LDR),
empat buah diantaranya diletakkan pada kondisi keempat penjuru mata-angin dan
sebuah lagi ditempatkan ditengah-tengahnya sebagai pembanding dari masingmasing
fokus yang diterima oleh LDR terkuat tersebut. Kepekaan paling kuat dari
LDR tersebut akan diikuti oleh pergerakan solar cell hingga terdapat nilai
kepekaan yang sama antara salah satu LDR yang diikuti tersebut dengan LDR
yang ditengah sebagai pembandingnya. Dengan kondisi ini maka solar cell akan
selalu mendapatkan sinar matahari secara optimal disepanjang hari.
Selain memanfaatkan sensor peka cahaya realisasi alat ini juga didukung
dengan beberapa rangkaian terkombinasi yang masing-masing berfungsi sebagai
penyimpan energi listrik yang diterima oleh solar cel tersebut dalam hal ini
diaplikasikan kedalam accumulator 12 volt. Selain ini juga terdapat unit penampil
data daya yang dihasilkan oleh penerimaan energi pada solar cel. Sedangkan
sebagai penggerak / tracker solar cell ini menggunakan motor DC terkopel gearbox
yang masing-masing track-nya digerakkan melalui sistem pemrograman pada
mikrokontroller AT 89S52. Secara keseluruhan realisasi sistem ini ditunjukkan
seperti pada diagram blok berikut ini:

Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem Kerja Solar Ttracker

3.2 Sistem Rangkaian Sensor Peka Cahaya
Pada alat ini menggunakan empat buah sensor peka cahaya LDR yang
dipasang sebagai pelacak arah fokus datangnya sinar matahari, di mana ke empat
sensor tersebut membentuk formasi layang-layang sama sisi dan di tengahnya
terdapat sebuah LDR lagi yang berfungsi sebagai pembanding kuat cahaya yang
diterima oleh masing-masing sensor pada kondisi terfokusnya. Pada kondisi
sebuah sensor mempunyai kepekaan terkuat maka tracker akan bergerak menuju
arah tersebut hingga didapatkan suatu kondisi kepekaan sensor terkuat tersebut
sama dengan kepekaan yang diterima oleh sensor yang ditengah sebagai
pembandingnya. Pada aplikasinya keempat sensor tersebut masing-masing
dihubungkan dengan komparator pada input inverting, sementara sensor yang di
tengah dihubungkan pada keempat komparator tersebut pada input non invertingnya.

Gambar 3.2 Skematik Posisi dan Sistem Rangkaian Sensor

Berdasar prinsip kerja LDR dimana pada kondisi mendapatkan cahaya
maka tahanannya turun, sehingga dengan metode rangkaian diatas pada LDR yang
mendapatkan kuat cahaya terbesar maka tegangan yang dihasilkan adalah
tertinggi. Masing-masing tegangan keluaran LDR terhubung dengan terminal
inverting rangkaian komparator. Sehingga dengan sistem rangkaian diatas,
komparator akan menghasilkan logika tinggi jika salah satu dari ke empat LDR
mempunyai tegangan keluaran lebih besar dari tegangan keluaran pembadingnya.
Logika keluaran rangkaian komparator inilah yang digunakan sebagai sinyal
informasi bagi rangkaian pemrograman untuk menggerakkan motor DC menuju
arah LDR dengan tegangan terbesar tersebut. Dengan demikian Tracker akan
mencari sumber cahaya terkuat hingga didapatkan kondisi tegangan keluaran LDR
pembanding sama atau bahkan lebih besar dari keempat LDR yang dituju tersebut.
Pada kondisi ini keluaran komparator berlogika rendah sehingga melalui
pemrograman pada mikrokontroller putaran motor DC akan dihentikan.

3.3 Sistem Minimum Mikrokontroler AT89S52
Dalam menjalankan chip IC mikrokontroler MCS-51 memerlukan
komponen elektronika pendukung lainnya. Suatu rangkaian yang paling sederhana
dan minim komponen pendukungnya disebut sebagai suatu rangkaian sistem
minimum. Dalam perancangan Tugas Akhir ini, sistem minimum mikrokontroler
AT89S52 terdiri dari:
1. Chip IC mikrokontroler AT89S52 keluarga MCS-51
2. Kristal 12 MHz
3. Kapasitor
4. Resistor

Gambar 3.3 Sistem Minimum Mikrokontroler AT89S52

Aplikasi mikrokontroller AT89S52 pada alat ini berfungsi sebagai
penerjemah data konduksi komparator pada rangkaian LDR untuk mengatur arah
putaran motor DC penggerak solar tracker. Untuk aplikasi ini menggunakan port 2
sebagai data masukan dan port 1 sebagai alamat keluarannya. Proses kerja
mikrokontroller ini ditentukan berdasar pulsa komparator 1,2,3,4 yang masuk
pada port 2.0 hingga 2.3. Dimana jika salah satu tegangan pada LDR 1,2,3,4 lebih
besar dari tegangan referensi komparator pada LDR tersebut akan berlogika
tinggi, pulsa masukan dari salah satu komparator 1,2,3,4 ini berfungsi untuk
menggerakkan motor solar tracker sesuai arah posisi LDR, jika tegangan referensi
lebih besar dari semua tegangan LDR, semua komparator berlogika rendah
sehingga tidak ada logika untuk menyulut data maskan pada port 2. Kondisi ini
menyebabkan semua alamat pada port 1 juga berlogika rendah sehingga motor
penggerak solar tracker berhenti. Untuk proses ini dirancang suatu diagram alir
sebagai berikut :

Gambar 3.4 Diagram Alir Mikrokontroller sebagai Penggerak Solar Tracker

Berdasar diagram alir yang disusun diatas maka dapat dirancang suatu
metode pemrograman berbahasa assembler sebagai proses pengalamatan data
komparator.

3.4 Perancangan Rangkaian Driver
Rangkaian driver dirancang untuk mengaktifkan motor DC sebagai
penggerak solar tracker. Kombinasi rangkaian driver ini dirancang supaya motor
DC dapat berputar forward-reverse, menyesuaikan input program yang bekerja
berdasar pembacaan sinyal dari LDR. Rangkaian driver ini diperlukan untuk
memberikan pemisahan tegangan kontrol sebesar 5 volt yang dihasilkan dari
keluaran mikrokontroller menjadi tegangan sesuai yang dibutuhkan oleh motor
DC tersebut. Untuk merealisasi ide ini dilakukan dengan menggunakan transistor
yang memanfaatkan tegangan kecil dari mikrokontroller sebagai pemicu dioda
masukannya dan memberikan tegangan yang relatif lebih besar pada transistor
keluarannya.
Metode reverse-foreward pada cara kerja motor DC dilakukan dengan
membalik arah arus yang melalui motor, hal ini direalisasikan dengan
menempatkan empat buah relay sebagai pembentuk arah arus dimana relay
digerakkan dari sebuah driver BD 139 yang memicu transistor D 313.

Gambar 3.5 Rangkaian Driver

Driver pada rangkaian diatas menggunakan BD 139 untuk memicu
transistor D 313 pada rangkaian daya penggerak motor DC. Untuk setiap motor
dengan arah gerakan referse forward digerakkan dengan menggunakan empat
buah relay (C1, C2, C3, C4) sebagai saklar daya yang membentuk kuadrant arah
arus yang masuk pada polaritas motor. Dimana C1 dan C2 aktif bersama sebagai
pemicu forward motor DC, dan C3 dan C4 aktif bersama sebagai pemicu reverse
motor DC. Dengan konfigurasi rangkaian seperti pada gambar diatas maka dapat
daiuraikan prinsip kerja aliran arus sebagai penggerak motor sebagai berikut,
saklar C1 dan C2 mengalami kondisi ON – OFF secara bersama-sama demikian
juga saklar C3 dan C4 karena keduanya dipicu dari sebuah transistor. Pada saat
transistor S1 mendapatkan pulsa maka relay C1 dan C2 ON menyebabkan
masing-masing kontak nya terhubung ke NO sehingga motor pada sisi “a” menuju
C1 terhubung ground dan motor pada sisi “b” menuju C2 terhubung tegangan
VCC. Kondisi ini menyebabkan motor berputar pada arah tertentu (sebut saja
kanan). Pada saat transistor S2 mendapatkan pulsa maka relay C3 dan C4 ON
menyebabkan masing-masing kontaknya terhubung ke NO sehingga motor pada
sisi “a” menuju C4 terhubung tegangan VCC dan motor pada sisi “b” menuju C3
terhubung ground. Kondisi ini menyebabkan motor berputar pada arah sebaliknya.
Dengan demikian berdasarkan pemicuan pulsa pada transistor 1 dan 2 akan
mengaktifkan ke empat relay tersebut untuk membuat suatu kondisi motor
berputar pada dua arah yang saling berlawanan.
Sedangkan pada BD 139 sendiri memiliki cara kerja dimana ketika
tegangan dari output mikrokontroller memicu dioda led pada pin 1, dioda tersebut
akan memancarkan sinar yang diterima oleh fototransistor sehingga transistor
pada sisi keluaran BD 139 menutup, hal ini menyebabkan arus pada sumber
(VCC) mengalir dari Kolektor menuju Emitor dan memicu transistor pada
rangkaian daya.

3.5 Pengukur Daya Solar Cell
Dengan memberikan sinar yang jatuh pada permukaan solar cell maka
board solar cell tersebut akan menghasilkan besaran listrik pada sisi keluarannya.
Pada aplikasi sistem ini besaran listrik tersebut diumpan balikkan untuk
menjalankan sistem kontrol pada pengendali solar tracker ini. Untuk menjalankan
sistem ini diperlukan sebuah accumulator untuk menyimpan besaran listrik dari
soler cell tersebut sehingga ketika solar cell melemah karena tidak adanya cahaya,
maka masih ada cadangan suplly yang bisa dimanfaatkan dari accumulator
tersebut. Untuk menunjang hal tersebut maka perlu diketahui pula besarnya daya
listrik yang dihasilkan oleh sollar cell tersebut, untuk itu pada sistem ini juga
dibuat suatu display daya listrik solar cell yang akan memantau secara realtime
besarnya daya yang dihasilkan oleh solar cell. Untuk keperluan ini pada keluaran
solar cell dipasang sensor arus dan sensor tegangan untuk mencuplik daya dari
solar cell tersebut. Untuk mencuplik arus digunakan sensor arus yang terpasang
seri terhadap solar cell. Dengan sistem ini maka didapatkan arus yang dihasilkan
oleh solar cell, yang dibaca pada skala tegangan. Sedangkan pencuplikan
tegangan dilakukan dengan menempatkan dua buah resistor simetris pada sisi
keluaran solar cell sehingga didapatkan sebuah nilai tegangan pada titik bagi
kedua resistor simetris tersebut. Dari kedua parameter ini kemudian
dikembangkan suatu sistem rangkaian sehingga didapatkan daya dari perkalian
kedua sensor tersebut. Berikut gambar sensor arus dan sensor tegangan :

Gambar 3.6 Sensor Tegangan dan Sensor Arus

3.6 Perancangan Rangkaian Multiplyer MC 1495
MC 1495 merupakan sebuah chip monolitik yang didesain untuk
menghasilkan sebuah output linier dari dua buah sinyal masukan yang berbeda.
Pada alat ini MC1495 difungsikan sebagai pengali dua buah sinyal yang
dihasilkan dari keluaran sensor rus dan sensor tegangan pada solar sell. IC ini
bekerja dengan mengolah dua tegangan masukan sebagai X input dan Y input.
Untuk menghasilkan sebuah tegangan analog yang linier IC ini dikombinasikan
dengan beberapa komponen eksternal sebagai ofset adjuster dari kedua sinyal
masukan tersebut.

Gambar 3.7 Skematik Rangkaian Multiplyer MC 1495

Pada rangkaian diatas tegangan dan arus yang dihasilkan oleh masingmasing
sensornya dihubungkan pada input pin 4 dan pin 9. Untuk menghasilkan
sebuah tegangan keluaran yang linier pada MC 1495 ini dipoerlukan sutu prosedur
kerja sebagai berikut :
1. Memberikan gelombang sinus 1 KHz sebesar 5 Vpp pada pin 4 dan
menghubungkan pin 9 dengan ground. Kemudian atur potensio P2 hingga
gelombang AC tersebut mempunyai offset nol pada keluarannya.
2. Memberikan gelombang sinus 1 KHz sebesar 5 Vpp pada pin 9 dan
menghubungkan pin 4 dengan ground. Kemudian atur potensio P1 hingga
gelombang AC tersebut mempunyai offset nol pada keluarannya.
3. Memberikan tegangan senilai nol volt pada kedua input X dan Y kemudian
atur potensio P4 hingga keluarannya juga bernilai nol volt.
4. Memberikan tegangan positif (lebih baik sekitar 10 volt) pada kedua input X
dan Y kemudian atur potensio P3 hingga keluarannya juga bernilai 10 volt.
Jika keempat prosedur tersebut telah berhasil maka proses kalibrasi
multiplyer MC1495 berhasil dan IC ini telah siap untuk diberi sinyal apapun
karena keluarnnya telah menjadi sebuah sinyal linier hasil perkalian dari kedua
masukan tersebut.

3.7 Perancangan Rangkaian ICL 7107
ICL 7107 merupakan sebuah chip dengan kemampuan kerja yang baik
dengan supply daya yang rendah. ICL 7107 merupakan sebuah chip yang bisa
berfungsi sekaligus sebagai A/D Converter dan dekoder seven segment sekaligus
dengan pin keluarannya yang masing-masing dilengkapi dengan clock dan
pengaturan referensi didalamnya. Sehingga dengan chip ini sebuah tegangan
analog pada sisi masukannya dapat langsung diolah menjadi digital sekaligus
dialamatkan kedalam keluaran untuk menjalankan seven segment. IC jenis ini
biasa digunakan dalam display multimeter digital dengan 3 ½ digit tampilan.
Dimana tiga digit diperlukan untuk menampilkan bilangan seven segment secara
penuh dan ½ digit untuk menampilkan angka 1/-1 .

Gambar 3.8 Skematik Rangkaian ICL 7107 sebagai Display Daya

Pada aplikasi alat ini ICL 7107 berfungsi untuk menampilkan daya yang
dihasilkan oleh solar cell setelah melalui pengolahan analog pada multiplyer
1495. Untuk menampilkan besarnya daya solar cell secara presisi ICL 7107
dilengkapi dengan pengatur referensi melalui resistor ekstern pada pin 36.
Dengan mengatur besarnya tegangan yang masuk pada pin ini hingga display
seven segment akan menghasilkan blangan “000” pada kondisi openload.

3.8 Catu Daya Penggerak Solar Tracker
Sistem solar tracker ini diharapkan bisa berfungsi secara mandiri sebagai
alat yang mampu menghasilkan catu daya sendiri untuk menjalankan sistem
penggerak baik motornya atau pun sistem kontrol pada alat ini. Hal ini dapat
direalisasi dengan menggabungkan sistem converter DC-DC yang meregulasikan
tegangan plate yang dihasilkan pada solar cell menjadi tegangan kerja yang
dibutuhkan oleh komponen kontrol dan motor penggerak solar tracker ini.
Proses diatas tentunya bukan suatu proses yang sederhana dan memerlukan
riset yang lebih berkelanjutan untuk itu sebagai catu daya pada sistem ini
sementara menggunakan catu catu daya dari listrik yang disediakan oleh jala-jala
dengan sistem regulasi konvensional sebagai tegangan kerja masing-masing
sistem penggerak dan sistem kontrol sollar tracker ini. Ada beberapa kebutuhan
tegangan yang dibutuhkan pada alat ini diantaranya catu daya 5 volt yang
dibutuhkan sebagai catu mikrokontroller dan catu ADC ICL7107. Catu daya 15
volt simetris yang berfungsi sebagai pencatu rangkaian opersional amplifier dan
sebagai pensuplay tegangan pada rangkaian multiplyer analog 1495. Sedangkan
untuk penggerak motor menggunakan accumulator 12 volt yang suply
tegangannya dihasilkan dari sistem carge pada tegangan keluaran solar cell. Untuk
kebutuhan masing-masing catu daya tersebut dirancang suatu sistem rangkaian
peregulasi tegangan sebagai berikut :

Gambar 3.9 Rangkaian Power Supply
Sedangkan pada tegangan simetris menggunakan regulator pembentuk
tegangan 7805 untuk membentuk tegangan positif 5 volt dan regulator 7905 untuk
menghasilkan tegangan negatif 5 volt. Pada perancangan sistem tegangan simetris
ini tidak disertai dengan transistor sebab regulator tersebut telah dilengkapi
dengan sistem penstabil sehingga untuk diaplikasikan pada beban yang tidak
terlalu besar seperti pada alat ini kemampuan penstabilan regulator ini masih
mencukupi.

Sedikit tentang Solar sel

? Solar cell
Solar cell yaitu pembangkit tenaga surya yang dapat digunakan sebagai supply atau catu daya. Solar cell dapat diaplikasikan dalam pembuatan robot atau rangkaian sumber tegangan. Solar cell terdiri dari lapisan sel-sel yang dapat menyerap panas dan diubah kedalam energi listrik.

? Load cell
Load cell adalah tranducer yang digunakan untuk mengubah tekanan menjadi sinyal elektrik. Biasanya alat ini terdiri dari empat strain gauges dalam wheatstone brigde configuration, tetapi ada juga yang terdiri dari satu atau dua strain gauges. Sinyal output elektrik biasanya direpresentasikan dalam milivolt dan memerlukan penguatan oleh instrument amplifier sebelum dapat digunakan. Output dari tranduser dimasukan dalam algoritma untuk menghitung tekanan pada tranducer.
Beberapa tipe load cell:
• Double bending beam
• Shear beam
• Column
• Membrane
• Ring torsion
• Bending ring
• Double shear beam
• Multiple shear beam
Load cell dalam aplikasi digunakan untuk penskalaan, menimbang berat truck, mengukur tekanan, dll. Design dari Load cell bisa dibedakan menurut jenis output sinyal yang dihasilkan (pneumatic, hydraulic, electric) atau menurut cara mereka mendeteksi berat (bending, shear, compression, tension, etc.)

? Water level sensor
Water level sensor adalah suatu alat yang digunakan untuk mendeteksi suatu pergerakan material. Biasanya digunakan untuk mengukur ketinggian permukaan air. Sensor ini memiliki bagian semacam pelampung yang diletakkan di atas permukaan air, ketika terjadi kenaikan atau penurunan permukaan air, maka sensor ini mendeteksi perubahan itu melalui pelampung tadi.

? RFID
RFID (Radio Frequency Identification) atau Identifikasi Frekuensi Radio adalah sebuah metode identifikasi dengan menggunakan sarana yang disebut label RFID atau transponder untuk menyimpan dan mengambil data jarak jauh. Label atau kartu RFID adalah sebuah benda yang bisa dipasang atau dimasukkan di dalam sebuah produk, hewan atau bahkan manusia dengan tujuan untuk identifikasi menggunakan gelombang radio. Label RFID terdiri atas mikrochip silikon dan antena yang memungkinkan mereka untuk menerima dan merespon terhadap suatu query yang dipancarkan oleh suatu RFID transceiver. Label yang pasif tidak membutuhkan sumber tenaga, sedangkan label yang aktif membutuhkan sumber tenaga untuk dapat berfungsi.

Melengkapi bahan Laporan (Pemancar)

Ya Alloh bantulah....

PROSES ALIR KERJA PEMANCAR TV

1.4 PROSES ALIR KERJA PEMANCAR TV


SISTEM STASIUN PEMANCAR TVRI “SEMI” UNATTENDED
1. Sistem Peralatan
Sistem peralatan stasiun pemancar TVRI “semi” Unattended terdiri dari :



Gb. 1 Stasiun Pemancar TV Unattended

a). TVRO
TVRO merupakan singkatan dari Television Receive Only. Jadi TVRO merupakan peralatan penerima satelite yang hanya digunakan untuk menerima siaran televisi terdiri dari :

1). Antena Parabola
2). Alat penerima Satelite ( Satelite Reveiver )

Siaran TVRI dari stasiun pusat Jakarta di Senayan di transmisikan ke stasiun bumi Cibinong melalui stasiun microwave Telkom di GATSU ( Jl. Gatot Subroto). Dari stasiun bumi Cibinong siaran TVRI ditransmisikan melalui UP-Link ke SKSD PALAPA yang kemudian mentransmisikan kembali ke bumi ke seluruh wilayah nusantara. Siaran TVRI yang ditransmisikan kembali ke bumi melalui frekuensi band 4GHz diterima oleh parabola dan diteruskan ke penerima satelite (satelite receiver). Di satelite receiver siaran TVRI yang dimodulasikan pada frekuensi 4 GHz band didemodulasi (diproses) kembali sebagai input signal bagi pemancar TVRI yang berfungsi untuk memancarkan kembali kepada masyarakat di wilayah siarannya.

b). Pemancar TV
Pemancar TV yang digunakan disini adalah pemancar televisi dengan sistem CCIR PAL B untuk frekuensi band VHF, dan sistem CCIR PAL G untuk frekuensi band UHF. Sedangkan daya pancar yang digunakan sangat tergantung dengan luas daerah yang ingin dijangkau (coverage area). Tetapi dalam sistem stasiun pemancar TV Unattended, untuk mendapatkan tingkat efisiensi yang tinggi, besarnya daya pancar pemancar perlu dipertimbangkan bersamaan dengan penyediaan catu daya listrik dari fasilitas umum yang tersedia. Apabila dilokasi yang telah ditentukan untuk stasiun pemancar tidak tersedia catu daya listrik dari PLN, dan menggunakan diesel generator sendiri tidak cukup effisien atau sulit karena kondisi geografis, maka catu daya listrik alternatif adalah menggunakan solar cell. Namun tingkat efisiensi tinggi yang masih dapat diperoleh dengan menggunakan catu daya solar cell untuk pemancar televisi dengan daya pancar sampai dengan 10Watt.

Konfigurasi pemancar televisi dapat di disain sesuai kebutuhan yaitu single sistem, “cold stand-by sistem” atau “hot stand-by sistem”. Pada Single sistem hanya memiliki satu sistem peralatan, dan tidak memiliki sistem peralatan cadangan. Sehingga apabila peralatan pemancar mengalami gangguan maka siaran akan terputus untuk daerah jangkauan yang bersangkutan, sampai peralatan mendapat perbaikan.

Konfigurasi cold stand-by sistem dan hot stand-by sistem keduanya memiliki sistem peralatan stand-by (cadangan). Pada cold stand-by sistem, sistem peralatan cadangan akan beroperasi apabila sistem peralatan utama mengalami gangguan. Perpindahan pengoperasian sistem peralatan utama ke sistem peralatan cadangan dapat di disain secara otomatis, namun siaran akan terganggu kurang dari satu menit. Secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut, misalnya Pemancar I sebagai peralatan utama, dan Pemancar II sebagai pemancar cadangan. Pemancar I (satu) beroperasi sebagai pemancar utama terhubung ke antena dan Pemancar II (dua) sebagai pemancar cadangan terhubung ke dummy load melalui “Coaxial switch”. Apabila Pemancar I (satu) mengalami gangguan, maka Pemancar I (satu) secara otomatis akan dimatikan dan daya output hilang (tidak ada). Tidak adanya daya output pemancar I (satu) merupakan informasi (pemerintah) bagi Pemancar II (dua) untuk beroperasi menggantikan peranan pemancar I (satu). Proses pergantian pemancar ini secara bertahap adalah sebagai berikut : Pemancar I (satu) mendapat gangguan, Pemancar I (satu) “Off”, Daya output pemancar I (satu) hilang, coaxial switch yang semula menghubungkan Pemancar I (satu) ke Antenna dan Pemancar II (dua) ke dummy load, berputar sehingga berfungsi menghubungkan Pemancar II (dua) ke Antena dan Pemancar I (satu) ke dummy load, Pemancar II (dua) “On” dan daya output pemancar II (dua) disalurkan ke antenna untuk ditransmisikan.
¼br



Konfigurasi sistem pemancar hot stand-by sistem, beroperasi dengan kedua sistem peralatan pemancar secara bersama-sama dan daya output masing-masing pemancar bergabung, apabila satu pemancar memiliki daya output sebesar 1 (satu) KW maka gabungan kedua pemancar menjadi 2 (dua) KW. Apabila salah satu sistem peralatan pemancar mengalami gangguan, sistem peralatan pemancar satunya masih tetap beroperasi sehingga siaran tidak terhenti, hanya daya output pemancar menurun menjadi hanya 25 % dari nominal daya output pemancar.

2. Sistem Catu Daya Listrik
Sistem catu daya listrik yang paling menguntungkan adalah apabila di lokasi telah tersedia jaringan listrik umum dari PLN, dan sebagai cadangan dapat saja digunakan diesel generator. Apabila dilokasi tidak terdapat jaringan listrik PLN maka diesel generator dapat digunakan sebagai peralatan utama dan peralatan cadangan. penggunaan diesel generator dapat didisain unuk daya berapa saja, namun untuk stasiun pemancar Televisi Unattended, pengiriman bahan bakar secara rutin perlu menjadi pertimbangan.

Pembangunan catu daya listrik yang tidak memerlukan pasokan bahan bakar dapat digunakan sollar cell yang berfungsi mengubah energi panas matahari menjadi energi listrik. Namun harga sollar cell dirasakan masih cukup tinggi, sehingga berdasarkan hasil perhitungan, penggunaan sollar cell untuk stasiun pemancar TVRI masih cukup efisien apabila digunakan untuk mengoperasikan peralatan pemancar televisi dengan daya pancar sampai dengan 10Watt/ untuk daya pancar lebih dari itu, bukan tidak mungkin untuk di disain melainkan menjadi lebih mahal dan tidak efisien. Maka pembangunan perdana stasiun pemancar TVRI “semi” Unattended yang lokasinya terpencil dan belum tersedia jaringan PLN menggunakan catu daya sollar cell dan daya pancar 10Watt.

3. Sistem Operasional
Sistem pengoperasian stasiun pemancar TVRI “semi” Unattended seharusnya menggunakan sistem remote control operation, karena stasiun pemancar yang dibangun bukan merupakan Stasiun Pengulang. Berhubung sistem ini dianggap masih cukup mahal maka dicari upaya agar stasiun pemancar ini dapat dioperasikan dengan sistem otomatic control operation dengan melakukan beberapa modifikasi sehingga stasiun pemancar TVRI ini merupakan stasiun pemancar “semi” Unattended.

Modifikasi yang dilakukan adalah bahwa seharusnya sistem otomatic control operation bekerja apabila ada signal dari stasiun sebelumnya (stasiun pemancar pengulang) namun berhubung signal syncronisasi televisi dari TVRO selalu ada maka pemancar televisi akan hidup terus menerus selama 24 jam sedangkan waktu TVRI tidak sampai 24 jam. Kondisi seperti ini sangat tidak efisien dan membahayakan, karena disamping merupakan pemborosan energi juga adanya kemungkinan dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Modifikasi yang dilakukan adalah bahwa pemancar televisi akan beroperasi apabila tersedia signal syncronisasi dan pada jam-jam tertentu sesuai dengan jadwal siaran TVRI/ untuk itu ditambahkan peralatan “TIME CONTROL” yang dapat diprogram setiap hari selama seminggu dan berulang terus. Misalnya pada hari pertama (senin) pemancar beroperasi dari jam 05.30 sampai dengan jam 12.00 dan dari jam 14.00 sampai dengan jam, 24.00 dan seterusnya.

Dikutup dari : tvconsulto.com

Diposkan oleh LiDya Sari di 14:39 0 komentar

Rabu, 2008 Juli 23
MENGIDENTIFIKASI TEKNOLOGI PERTELEVISIAN

1.1 SEJARAH TELEVISI

Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi

Dalam penemuan televisi, terdapat banyak pihak, penemu maupun inovator yang terlibat, baik perorangan maupun perusahaan. Televisi adalah karya massal yang dikembangkan dari tahun ke tahun.

Awal dari televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan dasar, yaitu hukum Gelombang Elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831) yang merupakan awal dari era komunikasi elektronik.

1876 - George Carey menciptakan Selenium Camera yang digambarkan dapat membuat seseorang melihat gelombang listrik. Belakangan, Eugen Goldstein menyebut tembakan gelombang sinar dalam tabung hampa itu dinamakan sebagai Sinar Katoda.

1884 - Paul Nipkov, Ilmuwan Jerman, berhasil mengirim gambar elektronik menggunakan kepingan logam yang disebut Teleskop Elektrik dengan resolusi 18 garis.

1888 - Freidrich Reinitzeer, ahli botani Austria, menemukan cairan kristal (liquid crystals), yang kelak menjadi bahan baku pembuatan LCD. Namun LCD baru dikembangkan sebagai layar 60 tahun kemudian.

1897 - Tabung Sinar Katoda (CRT) pertama diciptakan oleh ilmuwan Jerman, Karl Ferdinand Braun. Ia membuat CRT dengan layar berpendar bila terkena sinar. Inilah yang menjadi cikal bakal televisi layar tabung.

1900 - Istilah Televisi pertama kali dikemukakan Constatin Perskyl dari Rusia pada acara International Congress of Electricity yang pertama dalam Pameran Teknologi Dunia di Paris.

1907 - Campbell Swinton dan Boris Rosing dalam percobaan terpisah menggunakan sinar katoda untuk mengirim gambar.
1927 - Philo T Farnsworth ilmuwan asal Utah, Amerika Serikat mengembangkan televisi modern pertama saat berusia 21 tahun. Gagasannya tentang image dissector tube menjadi dasar kerja televisi.
1923 - Vladimir Kozma Zworykin, mendaftarkan paten atas namanya untuk penemuannya, kinescope, televisi tabung pertama di dunia. Setahun kemudian, dia mendapat kewarganegaraan Amerika Serikat dan menyelesaikan studi doktornya di Universitas Pittsburgh. Vladimir lahir di Rusia, 30 Juli 1889. Dia menyempurnakan tabung katoda yang dinamakan kinescope. Temuannya mengembangkan teknologi yang dimiliki CRT. Dia bekerja di perusahaan elektronik RCA dan selama 1930 hingga 1940-an, perusahaan itu memanjakannya dengan menguras dana US$ 150 juta untuk produksi teknologi televisi. Keterbukaan Zworykin pada kritik, membuatnya menemukan penemuan baru lagi. Sebuah kamera tabung. Ini melengkapi teknologi televisi tabung penemuannya. Penemuan itu dinamakannya iconoscope, berasal dari bahasa Yunani, icon yang berarti citra dan scope yang berarti mengamati. Ia meninggal karena usia tua pada 29 Juli 1982. Dialah yang kemudian sebagai Sang Penemu Televisi. (1889-1982).

1939 - tepatnya tanggal 11 Mei, untuk pertama kalinya, sebuah pemancar televisi dioperasikan di kota Berlin, Jerman. Dengan demikian, dunia mulai berkenalan dengan alat komunikasi secara visual. Stasiun televisi itu kemudian diberi nama Nipko, sebagai penghargaan terhadap Powel Nipkov, ilmuwan terkenal Jerman dan salah seorang penemu peralatan televisi.

1940 - Peter Goldmark menciptakan televisi warna dengan resolusi mencapai 343 garis.

1956 - Robert Adler kelahiran Amerika Serikat bersama rekannya Eugene Polley, menemukan remote control televisi. Walaupun bukan televisinya, tetapi penemuannya menjadi sangat penting bagi teknologi televisi. Dia meninggal dalam usia 93 tahun. Penerima penghargaan Emmy tahun 1997 karena penemuannya itu mendapatkan lebih dari 180 paten Amerika selama karir 58 tahunnya. Menurut istrinya, pengendali jarak jauh televisi itu bukanlah penemuan favoritnya dan dia jarang menonton televisi.

1958 - Sebuah karya tulis ilmiah pertama tentang LCD sebagai tampilan layar televisi dikemukakan oleh Dr. Glenn Brown.

1964 - Prototipe sel tunggal display Televisi Plasma pertamakali diciptakan Donald Bitzer dan Gene Slottow. Langkah ini dilanjutkan Larry Weber.

1967 - James Fergason menemukan teknik twisted nematic, layar LCD yang lebih praktis.

1968 - Layar LCD pertama kali diperkenalkan lembaga RCA yang dipimpin George Heilmeier.

1975 - Larry Weber dari Universitas Illionis mulai merancang layar plasma berwarna.

1979 - Para Ilmuwan dari perusahaan Kodak berhasil menciptakan tampilan jenis baru
organic light emitting diode (OLED). Sejak itu, mereka terus mengembangkan jenis televisi OLED. Sementara itu, Walter Spear dan Peter Le Comber membuat display warna LCD dari bahan thin film transfer yang ringan.


1981 - Stasiun televisi Jepang, NHK, mendemonstrasikan teknologi HDTV dengan resolusi mencapai 1.125 garis.

1987 - Kodak mematenkan temuan OLED sebagai peralatan display pertama kali.
1995 - Setelah puluhan tahun melakukan penelitian, akhirnya proyek layar plasma Larry Weber selesai. Ia berhasil menciptakan layar plasma yang lebih stabil dan cemerlang. Larry Weber kemudian megadakan riset dengan investasi senilai 26 juta dolar Amerika Serikat dari perusahaan Matsushita.

2000-an, masing-masing jenis teknologi layar semakin disempurnakan. Baik LCD, Plasma maupun CRT terus mengeluarkan produk terakhir yang lebih sempurna dari sebelumnya.

2008 dan seterusnya, menyusul perkembangan televisi digital di negara-negara Amerika dan Eropa, Indonesia juga akan menerapkan sistem penyiaran Televisi digital (Digital Television/DTV) adalah jenis TV yang menggunakan Modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyebarluaskan video, audio, dan signal data ke pesawat televisi.

Latar belakang pengembangan televisi digital:
-Perubahan lingkungan eksternal
-Pasar TV analog yang sudah jenuh
-Komplain adanya noise, ghost dll
-Kompetisi dengan sistem penyiaran satelit dan kabel (Cable Television)

Perkembangan teknologi :
-Teknologi pemrosesan sinyal digital (Digital Signal Processor)
-Teknologi transmisi digital
-Teknologi semikonduktor
-Teknologi peralatan display yang beresolusi tingggi

Keunggulan televisi digital :
-High Definition. 5~6 kali lebih halus dibanding televisi analog
-Finest sound. Kemampuan mereproduksi suara seperti sumber aslinya
-Multifunction. Memberi kemampuan untuk merekam dan mengedit siaran
-Multichannel (satu saluran dapat diisi lebih dari 5 program yang berbeda)

Dikutip dari duniatv.blogspot.com

Perkembangan Teknologi TV Di Dunia

Televisi analog mengkodekan informasi gambar dengan memvariasikan voltase dan/atau frekuensi dari sinyal. Seluruh sistem sebelum Televisi digital dapat dimasukan ke analog.

Sistem yang dipergunakan dalam televisi analog adalah NTSC (National Television System(s)) Committee, badan industri pembuat standar yang menciptakannya. Sistem ini sebagian besar diteraapkan di Amerika Serikat (AS) dan beberapa bagian Asia Timur, seperti: China/Tiongkok, Jepang, Korea Utara, Korea Selatan, Taiwan, Mongolia.

Sementara, sistem PAL (Phase-Alternating Line, phase alternation by line atau untuk phase alternation line). Dalam bahasa Indonesia: garis alternasi fase), adalah sebuah encoding berwarna digunakan dalam sistem televisi broadcast, digunakan di seluruh dunia. PAL dikembangkan di Jerman oleh Walter Bruch, yang bekerja di Telefunken, dan pertama kali diperkenalkan pada 1967.

Televisi digital (bahasa Inggris: Digital Television, DTV) adalah jenis TV yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyebarluaskan video, audio, dan signal data ke pesawat televisi. Televisi resolusi tinggi atau high-definition television (HDTV), yaitu: standar televisi digital internasional yang disiarkan dalam format 16:9 (TV biasa 4:3) dan surround-sound 5.1 Dolby Digital. Ia memiliki resolusi yang jauh lebih tinggi dari standar lama. Penonton melihat gambar berkontur jelas, dengan warna-warna matang, dan depth-of-field yang lebih luas daripada biasanya. HDTV memiliki jumlah pixel hingga 5 kali standar analog PAL yang digunakan di Indonesia.

Televisi kabel adalah sistem penyiaran acara televisi lewat frekuensi radio melalui serat optik atau kabel coaxial dan bukan lewat udara seperti siaran televisi biasa yang harus ditangkap antena. Selain acara televisi, acara radio FM, internet, dan telephon juga dapat disampaikan lewat kabel.

Sistem ini banyak dijumpai di Amerika Utara, Eropa, Australia, Asia Timur, Amerika Selatan, dan Timur Tengah. Televisi kabel kurang berhasil di Afrika karena kepadatan penduduk yang rendah di berbagai daerah. Seperti halnya radio, frekuensi yang berbeda digunakan untuk menyebarkan banyak saluran lewat satu kabel. Sebuah kotak penerima digunakan untuk memilih satu saluran televisi. Sistem televisi kabel modern sekarang menggunakan teknologi digital untuk menyiarkan lebih banyak saluran televisi daripada sistem analog.

Televisi satelit adalah televisi yang dipancarkan dengan cara yang mirip seperti komunikasi satelit, serta bisa disamakan dengan televisi lokal dan televisi kabel. Di banyak tempat di bumi ini, layanan televisi satelit menambah sinyal lokal yang kuno, menghasilkan jangkauan saluran dan layanan yang lebih luas, termasuk untuk layanan berbayar.

Sinyal televisi satelit pertama disiarkan dari benua Eropa ke satelit Telstar di atas Amerika Utara pada tahun 1962. Satelit komunikasi geosynchronous pertama, Syncom 2 diluncurkan pada tahun 1963. Komunikasi satelit komersial pertama di dunia, disebut Intelsat_I (disebut juga Early Bird), diluncurkan ke orbit pada tanggal 6 April 1965. Satelit jaringan televisi nasional pertama, Orbita, dibuat di Uni Soviet pada tahun 1967. Satelit domestik Amerika Utara pertama yang memuat siaran televisi adalah geostasiun Anik 1 milik Kanada, yang diluncurkan pada tahun 1872.id:Satellite television.

Diposkan oleh LiDya Sari di 15:09 0 komentar

PROSES KERJA PESAWAT TV

1.2 PROSES KERJA PESAWAT TV


Prinsip Kerja Televisi

Bagaimanakah Televisi Bekerja?
Sebelum kita mengetahui prinsip kerja pesawat televisi, ada baiknya kita mengetahui sedikit tentang perjalanan objek gambar yang biasa kita lihat di layar kaca. Gambar yang kita lihat di layar televisi adalah hasil produksi dari sebuah kamera

Objek gambar yang di tangkap lensa kamera akan dipisahkan berdasarkan tiga warna dasar, yaitu merah (R = red), hijau (B = blue). Hasil tersebut akan dipancarkan oleh pemancar televisi (transmiter). Pada sestem pemancar televisi, informasi visual yang kita lihat pada layar kaca pada awalnya di ubah dari objek gambar menjadi sinyal listrik. Sinyal listrik tersebut akan ditransmisikan oleh pemancar ke pesawat penerima (receiver) televisi.

PRINSIP KERJA TELEVISI
Pesawat televisi akan mengubah sinyal listrik yang di terima menjadi objek gambar utuh sesuai dengan objek yang ditranmisikan. Pada televisi hitam putih (monochrome), gambar yang di produksi akan membentuk warna gambar hitam dan putih dengan bayangan abu-abu. Pada pesawat televisi berwarna, semua warna alamiah yang telah dipisah ke dalam warna dasar R (red), G(green), dan B (blue) akan dicampur kembali pada rangkaian matriks warna untuk menghasilkan sinyal luminasi.
Selain gambar, juga membawa suara ?
Selain gambar, pemancar televisi juga membawa sinyal suara yang di tranmisikan bersama sinyal gambar. Penyiaran telavisi sebenarnya menyerupai suara sistem radio tetapi mencakup gambar dan suara. Sinyal suara di pancarkan oleh modulasi frekuensi (FM) pada suatu gelombang terpisah dalam satu saluran pemancar yang sama dengan sinyal gambar. Sinyal gambar termodulasi mirip dengan sistem pemancaran radio yang telah dikenal sebelumnya. Dalam kedua kasus ini, amplitudo sebuah gelombang pembawa frekuensi radio (RF) dibuat bervariasi terhadap tegangan pemodulasi.Modulasi adalah sinyal bidang frekuensi dasar (base band).
Modulasi frekuensi (FM) digunakan pada sinyal suara untuk meminimalisasikan atau menghindari derau (noise) dan interferensi. Sinyal suara FM dalam televisi pada dasarnya sama seperti pada penyiaran radio FM tetapi ayunan frekuensi maksimumnya bukan 75khz melainkan 25 khz.
Saluran dan Standar Pemancar Televisi
Kelompok frekuensi yang di tetapkan bagi sebuah stasiun pemancar untuk tranmisi sinyalnya disebut saluran (chenel). Masing-masing mempunyai sebuah saluran 6 mhz dalam salah satu bidang frekuensi (band) yang dialokasikan untuk penyiaran televisi komersial.
VHF bidang frekuensi rendah saluran 2 sampai 6 dari 54 MHZ sampai 88 MHZ.
VHF bidang frekuensi tinggi saluran 7 sampai 13 dari 174 MHZ sampai 216 MHZ.
UHF saluran 14 sampai 83 dari 470 MHZ sampai 890 MHZ.
Sebagai contoh, saluran 3 disiarkan pada 60 MHZ sampai 66 MHZ. Sinyal pembawa RF untuk gambar dan suara keduanya termasuk di dalam tiap saluran tersebut.

JENIS-JENIS SISTEM TELEVISI
Sistem pemancar televisi yang kita kenal di antaranya:
NTSC (National Television System Committee)
PAL (Phases Alternating Line)
SECAM (Sequential Couleur a Memorie)
PALB
NTSC (National Television System Committee) digunakan di Amerika Serikat, sistem PAL (Phases Alternating Line) di gunakan di Inggris, sistem SECAM (Sequential Couleur a Memorie) digunakan di Perancis. Sementara itu, Indonesia sendiri menggunakan sistem PALB. Hal yang membedakan sistem tersebut adalah format gambar, jarak frekuensi pembawa dan pembawa suara.

BAGIAN-BAGIAN TELEVISI
Rangkaian Catu Daya (Power Supply)
Rangkaian berfungsi untuk mengubah arus AC menjadi DC yang selanjutnya didistribusikan ke seluruh rangkaian. Rangkaian catu daya dibatasi oleh garis putih pada PCB dan daerah di dalam kotak merah. Daerah di dalam garis putih adalah rangkaian input yang merupakan daerah tegangan tinggi (live area). Sementara itu, daerah di dalam kotak merah adalah output catu daya yang selanjutnya mendistribusikan tegangan DC ke seluruh rangkaian TV.


Rangkaian Penala (tuner)
Rangkaian ini terdiri dari penguat frekuensi tinggi ( penguat HF ), pencampur (mixer), dan osilator lokal.Rangkaian penala berfungsi untuk menerima sinyal masuk (gelombang TV) dari antena dan mengubahnya menjadi sinyal frekuensi IF.


Rangkaian penguat IF (Intermediate Frequency)
Rangkaian ini berfungsi sebagai penguat sinyal hingga 1.000 kali. Sinyal output yang dihasilkan penala ( tuner) merupakan sinyal yang lemah dan yang sangat tergantung pada pada sinyal pemancar, posisi penerima, dan bentang bentang alam. Rangkaian ini juga berguna untuk membuang gelombang lain yang tidak dibutuhkan dan meredam interferensi pelayanan gelombang pembawa suara yang mengganggu gambar.


Rangkaian Detektor Video
Rangkaian ini berfungsi sebagai pendeteksi sinyal video komposit yang keluar dari penguat IF gambar. Selain itu, rangkaian ini berfungsi pula sebagai peredam seluruh sinyal yang mengganggu karena apabila ada sinyal lain yang masuk akan mengakibatkan buruknya kualitas gambar. Salah satu sinyal yang di redam adalah sinyal suara.

Rangkaian Penguat Video
Rangkaian ini berfungsi sebagai penguat sinyal luminan yang berasal dari deteltor video sehingga dapat menjalankan layar kaca atau CRT (catode ray tube). Didalam rangkaian penguat video terdapat pula rangkaian ABL(automatic brightness level) atau pengatur kuat cahaya otomatis yang berfungsi untuk melindungi rangkaian tegangan tinggi dari tegangan muatan lebih yang disebabkan oleh kuat cahaya pada layar kaca.

Rangkaian AGC (Automatic Gain Control)
Rangkaian AGC berfungsi untuk mengatur penguatan input secara otomatis. Rangkaian ini akan menstabilkan sendiri input sinyal televisi yang berubah-ubah sehingga output yang dihasilkan menjadi konstan.


Rangkaian Defleksi Sinkronisasi
Rangkaian ini terdiri dari empat blok, yaitu rangkaian sinkronisasi, rangkaian defleksi vertikal, rangkaian defleksi horizontal, dan rangkaian pembangkit tegangan tinggi.


Rangkaian Audio
Suara yang kita dengar adalah hasil kerja dari rangkaian ini, sinyal pembawa IF suara akan dideteksi oleh modulator frekuensi (FM). Sebelumnya, sinyal ini dipisahkan dari sinyal pembawa gambar.


JENIS-JENIS LAYAR TELEVISI

Tipe Layar Televisi CRT (catode ray tube)
Pada televisi jenis ini layar terlihat lebih cembung ketimbang jenis lainnya. Teknologi televisi dengan tabung CRT tergolong paling tua dan hingga saat ini terus digunakan dan dikembangkan. Walaupun telah muncul teknologi yang baru. Tabung CRT hanya berisi sebuah tabung sinar katoda (cathode-ray tube) sedang untuk perbandingannya, plasma terdiri dari satu juta tabung fluorescent berukuran sangat kecil.

Tipe Layar Televisi Plasma
Dalam prinsipnya, layar plasma tersusun atas dua lembar kaca. Di antara keduanya diisi ribuan sel, yang ratusan di antaranya berisi gas xenon dan neon. Dua jenis elektroda panjang, address electrode dan transparent display electrode, direntangkan di antara lempengan kaca tersebut. Saat layar plasma dihidupkan, elektroda-elektroda yang saling berpotongan di atas sel itu diberi muatan listrik oleh komputer layar untuk mengionisasi gas dalam sel. Ini berlangsung ribuan kali dalam sepersekian detik. Arus listrik pun melewati gas di dalam sel dan menghasilkan aliran partikel bermuatan listrik yang cepat, yang merangsang atom gas tersebut melepaskan foton ultraviolet.


Foton ultraviolet berinteraksi dengan fosfor
Kemudian, foton ultraviolet berinteraksi dengan fosfor yang akhirnya melepaskan energi di dalam bentuk sinar foton yang jelas. Setiap pixel tersusun atas tiga sel sub pixel yang terpisah, masing-masing dengan fosfor yang berbeda warna, yaitu; merah, hijau, biru yang akan bercampur menghasilkan warna pixel.
Untuk menyeragamkan kekuatan arus listrik yang mengalir melalui sel berbeda, sistem kontrolnya akan menambah atau mengurangi intensitas warna setiap sub pixel. Hal ini untuk menghasilkan ratusan kombinasi merah, hijau, dan biru yang berbeda. Dengan cara ini, sistem kontrol dapat menghasilkan warna dalam spektrum luas, sekira ada 16,77 juta warna bisa dihasilkan sebuah layar plasma. Inilah yang membuat tampilan gambar plasma sangat tajam dan jelas.

Dikutip dari silaturahmi.blogspot.com

Diposkan oleh LiDya Sari di 15:03 0 komentar

STANDAR TV DUNIA dan HDTV

1.3 STANDAR TV DUNIA DAN HDTV

Digital Studio College kembali mengadakan open seminar tentang High Definition TV pada hari .Open Seminar ini terselenggara atas kerjasama antara Digital Studio dengan Pioneer. Pembicara seminar dari pihak Pineer, yaitu Bpk. Wira Sutedja, beliau adalah General Manager Car Audio Division)

Tim dari Pioneer dalam acara ini mendisplaykan 2 buah unit TV Plasma HDTV dan TV Plasma non HDTV serta 1 unit audio system surround.

Di awal presentasi dimulai dengan sedikit permainan yang cukup memutar otak dan menguji daya nalar kita. Setelah itu acara dilanjutkan dengan presentasi mengenai teknologi HDTV saat ini. Ada 2 buah unit TV Plasma dengan teknologi yang berbeda (HDTV dan non HDTV), setiap peserta diberikan isian form untuk membandingkan 2 teknologi tersebut, Dalam tiap isian, peserta ditayangkan beberapa shot kamera, dan peserta diminta untuk mengisi form mengenai perbandingan teknologi tersebut.

Televisi resolusi tinggi atau high-definition television (HDTV) adalah standar televisi digital internasional yang disiarkan dalam format 16:9 (TV biasa 4:3) dan surround-sound 5.1 Dolby Digital. Ia memiliki resolusi yang jauh lebih tinggi dari standar lama. Penonton melihat gambar berkontur jelas, dengan warna-warna matang, dan depth-of-field yang lebih luas daripada biasanya. HDTV memiliki jumlah pixel hingga 5 kali standar analog PAL yang digunakan di Indonesia.