Kamis, 15 Januari 2009

Mengulas sedikit info battery

Buat bahan lagi.....

Batere. Media penyimpan dan penyedia energi listrik. Sumber listrik yang digunakan sebagai pembangkit power dalam bentuk arus searah (DC). Alat ini digunakan elektronika termasuk diantaranya komputer.
battery backup

Merupan catu daya yang beroperasi sebagai sumber bantuan listrik:electric pada waktu listrik padam.
Talk Battery
Kondisi tegangan listrik pada telepon. Pada saat tidak digunakan maka tegangan yang ada adalah sebes...
CMOS battery
Baterai ini berfungsi untuk memberi tenaga pada motherboard dalam mengenali konfigurasi yang terpasa...


hari jumat ini loch, ntar sore ngumpul ma anak2,,,, lumayan numpang komputer lab,,, dari pada dikosan, bosen mulu bawaannya palagi liat bu kost yang g jelas itu,,,,, :))

Senin, 12 Januari 2009

Bioplastik Bukan Material Baru : Mengapa di Indonesia belum diproduksi secara masal?

by saeful@sentrapolimer.com

Pengantar
Bioplastik atau plastik dapat terdegradasi secara alamiah adalah plastik atau polimer yang secara alamiah dapat dengan mudah terdegradasi baik melalui serangan mikroorganisme maupun oleh cuasa (kelembaban dan radiasi sinar matahari). Sedangkan plastik sintesis terbuat dari hidrokarbon minyak bumi yang sulit diuraikan di alam. Menurut Suryati dari LIPI pada tahun 1994 menyatakan bahwa faktor utama polimer yang dapat terdegradasi secara alamiah adalah polimer alam yang mengandung gugus hidroksil (-OH) dan gugus karboksil (=CO) dan proses degradasi terutama dikaenakan serangan mikroorganisme. Proses degadasi dapat digambarkan seperti pada Gambar 1. di bawah ini.
Bioplastik atau disebut juga sebagai plastik dapat terurai, secara global sudah dikenal dan telah dikembangkan sejak puluhan tahun yang lalu, demikian pula di Indonesia sudah dua puluh tahunan penelitian telah dilakukan dan dikembangkan. Namun demikian di Indonesia masih sangat sulit ditemukan propduk berbahan baku material bioplastik. Mengapa hal ini bisa terjadi?. Tentu saja bukan berarti ilmuan Indonesia tidak mampu membuat atau memproduksi bioplastik, namun permasalahan yang utama ada pada “market” dan “kebijakan pemerintah’. Hal ini sangat berkaitan sejauh mana kebijakan pemerintah dalam melindungi keselamatan lingkungan di Indoneisa. Pemerintah tidak mampu berintrospeksi atas kerusakan lingkungan yang disesbabkan oleh sampah pengemas dan produk plastik lainnya, yang salah satu diantaranya dapat menyebabkan banjir, demikian pula polusi udara yang disebabkan oleh pembakaran sampah plastik. Memang hingga saat ini biaya produksi material bioplastik masih lebih tinggi dibanding biaya produksi material plastik minyak bumi. Namun demikian jika pemerintah bijak dan serius dalam melindungi kelestarian alam, maka pemeintah dengan “power kebijakannya” seharusnya mampu menerapkan pemakaian produk bioplastik di masyarakat dengan kebijakannya tersebut dan sedikit menganggarkan dana untuk reward bagi produser bioplastik nasional, misalnya bentuk subsidi.

Publikasi Penelitian Bioplastik

Pada tahun 1974 Giffin telah mempublikasikan kesuksesannya dalam membentuk film bioplastik dari hasil reaksi cangkok polietilena dengan karbohidrat pati. Perkembangannya sangat pesat sehingga kini produk bioplastiknya tersebar ke berbagai negara. Oney pada tahun 1977 telah mempublikasikan hasil penelitian material bioplastiknya melalui reaksi cangkok antaa etilena dengan asam akrilat dan berhasil dapat terdegradasi secara alamiah. Gaylord pada tahun 1981 telah berhasil mencangkokkan maleat anhidrida (MAH) dalam polietilena tanpa penambahan pelarut.
Para peneliti Indonesiapun tidak ketinggalan dalam penelitian produksi bioplastik seperti yang dipublikasikan Haryudi dan kawan-kawan dari Universitas Gajah Mada yang menggunakan teknik asetilasi dari susu dan tapioka, peneliti lainnya Subowo dan kawan-kawannya pada tahun 1994 dari LIPI telah berhasil membentuk bioplastik dari pencangkokkan pati pada LDPE, demikian juga Yusiadi dan kawan-kawannya dai LIPI pada tahun tahun yang sama mempublikasikan hasil penelitiannya dalam pembentukan bioplastik hasil blending dari LDPE dengan poliuretan dengan plasticizer gliserin. Pada tahun 1995 melalui Simposium Polimer pertama, Retno dan kawan-kawan dari LIPI juga mempublikasikan bahwa mereka telah berhasil membuat material bioplastik dari PE yang dicangkok dngan pati dengan coupling agent asam maleat anhidrida (MAH). Pada even yang sama, Lies A W dan Jayatin dari BPPT juga mempublikasikan hasil penelitiannya berupa material bioplastik hasil pencangkokan dari polimer PMMA dengan tepung pati, jagung dan sagu.
Penelitian bioplastik lainnya yaitu jenis edible (pengemas dapat dimakan). Dalam hal edible plastik Natalie G. dari ENSIA-SIARC, Francis menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan produk bioplastik sudah lama dilakukan dan dikembangkan dalam berbagai keperluan pengemas yang bisa dimakan langsung, biasanya untuk pembungkus kue dan permen. Bioplastik edible juga memiliki sifat penampilan yang menarik dan dapat menahan (barier) dari gas dan uap air. Pembuatannya bisa dari gula, protein terutama yang berasal dari gandum, yang paling dikenal sekarang ini dibuat dari agar dan gelatin.
Beberapa peneliti Indonesia Suharwaji Sentana dai LIPI, Susilowati V. P. dari ITB telah mengembangkan biopolimer edible, penelitiannya diutamakan pada bahan baku PLA dengan mengatur besar molekulnya yang sesuai dengan kebutuhan penggunaan (market). Berat molekul ideal dari PLA untuk bioplastik adalah antara 2500 hingga 4000. Untuk menekan harga PLA, maka para peneliti Indonesia mengembangkannya dari fermentasi tapioka dan bahkan bisa pula dari limbah (sisa) tapioka.

Proses biodegadasi

Proses degadasi secara kimia lingkungan terbagi atas 2 lingkungan degradasi, yaitu lingkungan biotik dan abiotik.
Degradasi dalam lingkungan biotik umumnya terjadi karena serangan mikroba seperti bakteri, kapang, ganggang dan lainnya, sedangkan proses degradasi pada lingkungan abiotik meliputi degradasi karena sinar UV, panas, hidrolisis, oksidasi dan lainnya.

Poses yang berkemungkinan pada degradasi bioplastik Aerobik:

Cbioplastik + O2 CO2 +H2O + Cresidu + Biomasa

Poses yang berkemungkinan pada degradasi bioplastik Anaerobik

Cbioplastik CH4 +H2O + Cresidu + Biomasa

Proses pembentukan dan degradasi bioplastik merupakan satu siklus yang berkesinambungan yang dapat diperbahaui (reneweble), seperti terlihat pada Gambar 2. di bawah Ini,

Gambar 2. Proses pembentukan dan degradasi bioplastik

Sumber Daya Bioplastik

Bahan baku bioplastik melimpah ruah dimanapun dan dapat diperbaharui melalui perkebunan/pertanian. Bahan bioplastik yang pertama kali dibuat adalah dari tepung jagung berkembang pada tepung pati, gula dan sekarang banyak digunakan bentuk PLA. Poly(lacatate acid), PLA merupakan poliester alifatik yang dibentuk dari asam laktat yang diperoleh dari hasil fermentasi karbohidrat. Pada umumnya atau selama beberapa tahun yang lalu deapat dengan mudah PLA ini diperoleh dari proses hidrolisa tepung jagung, namun karena harganya cukup mahal, maka sekarang ini banyak diusahakan dari tepung tapioka (starch)
Sifat fisik yang baik dari PLA diantanya adalah titik lelehnya cukup tinggi, yaitu 180oC, transparan dan yang utama adalah dapat terdegradasi alamiah dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sifat mekanik dari PLA dapat ditentukan melalui besar molekul yang dibentuknya, sebagai contoh untuk pemakaian pengemas yang tahan lama maka diperlukan PLA dengan berta molekul tinggi, sedangkan untuk PLA yang dapat dicerna langsung dalam tubuh seperti untuk kapsul obat maka diperlukan PLA dengan berat molekul yang sangat rendah. Namun pada umumnya jenis PLA ini banyak digunakan sebagai bioplastik untuk pengemas.
Selain PLA material bioplastik ini adalah PHA (Poli-3-Hidroksialkanoat). PHA dibuat dari substrat hidrolisa pati dengan bantuan kerja mikroorganisme Ralstonia Eutropa. PHA juga bisa dihasilkan dai hidrolisat minyak sawit dengan bantuan mikroorganisme yang sama dengan di atas. Bebeapa manfaat dari bioplastik Pha ini antara lain sebagai bagan pengemas makanan dan minuman, juga digunakan dalam kesehatan sebagai implan, kain kasa, filamen jahitan dan lainnya.
Suatu kemajuan teknologi bioplastik telah dengan sukses diluncurkan oleh perusahaan kendaraan Jepang TOYOTA. Toyota’s Bio-Plastic Project Departement berhasil mengembangkan material bioplastik dari tanaman tebu sebagai substitusi komponen kendaraan mewah, dimana bioplastik dari tebu ini digunakan untuk bagian bumper, spare wheel cover, karpet dalam, panel dan lainnya. Mobil pertama yang diluncurkannya adalah tipe Raum pada tahun 2003 dan generasi kedua adalah tipe Prius pada tahun 2005.
Bahan biopolymer lainnya yang sudah lama digunakan diantaranya jenis pengemas yang dapat dimakan (edible), jenis ini biasanya didominasi oleh gula, protein, gandum, agar, gelatin dan bahkan PLA juga. Para peneliti Indonesiapun telah ahli dalam pembuatan bioplastik edible dan akhir-akhir ini telah dapat disintesa dari tepung tapioka melalui proses hidrolisa dengan asam asetat, untuk sifat plastis bisa ditambahkan dengan gliserol.

Beberapa Standar Pengujian Bioplastik

Standar pengujian biopolymer bervariasi yang disesuaikan dengan lingkungan pemekaian dari material biopolimernya sendiri dan negara pengguna, baik dengan tipe ISO, CEN DIN, JIS, ASTM dan masih banyak yang lainnya.
Standar pengujian biodegradasi bioplastik oleh mikroba, kapang, ganggang mikroorganisme lainnya didasarkan pada ASTM D883-00 dan ASTM D5338.
Sedangkan pengujian biopolymer untuk degradasi an aerobic menggunakan standar uji ASTM D5210. dan ASTM D5226.
Di Uni Eropa, pemilihan standar pengujian degradasi biopolimer yang utama adalah EN 13432, Standar ini meliputi aturan yang diantaranya:
Seluruh material bioplastik harus memiliki sertifikat serta dalam bentuk produknya harus diberi tanda bioplastik.
Dapat terurai (minimal 90% dapat lolos pada sieve analysis ukuran lubang 2mm setelah 12 minggu dikomposting.).
Harus terdegradasi (paling tidak 90% terdegradasi membentuk CO2 setelah 6 bulan).
Residu tidak beracun (atau sangat rendah tingkat acunnya).

Dalam hal standar pengujian biomaterial, Australia memiliki standar pengujian tersendiri untuk material bioplastik ini, yaitu standar uji AS 14852-2005 dan AS 14855-2005, yaitu untuk degradasi pada kondisi aerobic dan anaerobic

Penandaan Produk dengan Bahan Baku Bioplastik

Beberapa negara memiliki perbedaan penandaan material bioplastik, dan biasanya diikuti dengan tipe standar uji degradasinya. Beberapa contoh tanda material bioplastik dan metode uji degradasinya, yang terkadang juga disebutkan nama negaranya dapat dilihat pada Gambar 3. di bawah ini::

Contoh Produk berbahan baku Bioplastik
Produser bioplastik Internasional.

Di Eropa bioplastik PLA sudah mulai dapat menggantikan plastik PET. Beberapa produser perabotan berbahan baku bioplastik di Eropa diantaranya Protech 7, dan Grenidea. Protech 7 banyak memproduksi perlengkapan bioplastik berbahan baku PLA sedangkan Granidea telah mampu memproduksi bahan baku serak minyak goreng.
Bahan baku bioplastik terbesar masih diproduksi oleh industri penghasil resin terbesar di dunia seperti BASF di Jerman, Cargill Dow Amerika, Novamont di Italia, Rodenburg Biopolymer di Belanda, Dupont serta Eastmen. Perusahaan-perusahaan besar tersebut merupakan pemasok resin biopolimer di Eropa yang mencapai 90 % market di sana.

Penutup

Penelitian dan pengembangan material biopolymer sudah berjalan berpuluh-puluh tahun. Di luar negeri, terutama di Eropa pemekaian material bioplastik sudah biasa dan untuk produk tertentu di daerah tertentu sudah diwajibkan untuk digunakan, sebagai contoh tas/kantong belanja dari swalayan. Bahkan untuk Negara yang sangat maju seperti Jerman pemakaian bioplastik sudah merambah ke berbagai perabotan rumah tangga, mainan anak sampai komponen kendaraan dan elektronika selain sebagai pengemas.
Di Indonesia hingga kini sulit sekali ditemukan produk berbahan baku bioplastik selain edible, padahal pemerintah sejak PELITA VI telah memperiritaskan program untuk memproduksi bahan baku biopolymer melalui perkebunan dan pertanian. Namun demikian program yang sudah canangkan lebih dari dua decade ini masih belum terealisasikan hingga sekarang ini. Untuk itu maka diperlukan keseriusan pemerintah dalam program pemakaian bioplastik demi menjaga kelestarian lingkungan selain untuk menghemat minyak bumi yang semakin tipis persediaannya. Masyarakat Indonesia juga harus menyadari akan pentingnya pemakaian bioplastik sebagai suatu alternatif yang dapat memecahkan sebagaian persoalan lingkungan. (Saeful Rohman)

THL yg g pernah diUPLOAD

Seleksi ujian Tenaga Harian Lepas (THL) Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian
Sumber Berita : Sekretariat Jenderal


Tujuan Umum dari rekruitmen Tenaga Harian Lepas (THL) Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian adalah untuk memenuhi kebutuhan tenaga Penyuluh Pertanian untuk satu desa satu penyuluh sehingga dibutuhkan sebanyak 70.000 tenaga penyuluh pertanian. Pada saat ini jumlah penyuluh yang ada baru sekitar 44.000 tenaga penyuluh yang terdiri dari penyuluh PNS 28.000 dan Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian 16.000, sehingga masih mengalami kekurangan sebanyak 26.000 orang tenaga penyuluh pertanian.

Hal tersebut yang mendasari Departemen Pertanian segera melakukan rekruitmen THL TB Penyuluh pertanian tahun 2008 agar dapat segera mempercepat proses pembangunan pertanian diwilayah pedesaan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan bagi pemerintah untuk mempertahankan ketahanan pangan karbohidrat, protein hewani/nabati maupun vitamin dan mineral serta yang lebih penting lagi yaitu untuk mempercepat swasembada beras dan jagung pada tahun 2008 seperti yang telah dicanangkan oleh Bapak Presiden Susilo Bambang Yudoyono beberapa waktu yang lalu pada saat panen raya di Sukabumi Jawa Barat.


Untuk mewujudkan harapan tersebut, maka diperlukan sumberdaya manusia pertanian (penyuluh pertanian) yang berkualitas dan handal dan tangguh dengan ciri : mandiri, profesional, mempunyai dedikasi yang tinggi, disiplin, dan moral yang baik serta berwawasan global sehingga mampu membangun usaha tani pertanian dan pelaku usaha pertanian yang berdaya saing tinggi.


Ada beberapa hal yang terkait dengan pelaksanaan rekruitmen Tenaga Harian Lepas (THL) Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian Departemen Pertanian tahun 2008 yaitu sebagai berilkut :

  1. Rekruitmen ini dilakukan secara serempak pada hari Senin Tanggal 24 Nopember 2008 di 31 Provinsi diseluruh Indonesia dengan jumlah perserta sebanyak 69.078 orang;
  2. Rekruitmen THL TB Penyuluh Departemen Pertanian tahun 2008 khususnya diperuntukkan pada wilayah kabupaten sedangkan wilayah kota berdasarkan data penyebaran penyuluh Badan Pengembangan SDM Pertanian dianggap sudah mencukupi jumlah penyuluhnya;
  3. Rekruitmen Tenaga Harian Lepas (THL) Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian akan diangkat sebagai Tenaga Harian Lepas dalam jangka waktu 10 bulan dan tidak bisa menuntut untuk diangkat sebagai CPNS Departemen Pertanian;
  4. Tenaga Harian Lepas (THL) Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian apabila karena suatu hal diberhentikan tidak akan menuntut ganti rugi dan atau uang pesangon;
  5. Pada saat ini tidak berstatus sebagai tenaga honorer yang sudah terdaftar pada database BKN baik tenaga Honorer yang dibiayai pusat (APBN) maupun daerah (APBD), karena hal tersebut bisa mengakibatkan yang bersangkutan tidak bisa diangkat menjadi CPNS;
  6. Tenaga Harian Lepas (THL) Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian sanggup ditempatkan diseluruh wilayah Republik Indonesia.

Untuk lolos seleksi dan diangkat menjadi Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian Departemen Pertanian, tergantung dari nilai peserta ujian masing-masing, tanpa harus mengeluarkan biaya sekecil apapun. Untuk itu jangan pernah percaya dengan orang-orang yang menawarkan dan mengatasnamakan pimpinan Departemen Pertanian yang dapat membantu bisa meloloskan seleksi dan dapat diterima sebagai Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian Departemen Pertanian.


Karena terbatasnya formasi yang tersedia untuk THL TB Penyuluh Departemen Pertanian tahun 2008 yang hanya berjumlah 10.0

Bahan TA Bioplastik

Oleh: Ir Ophirtus Sumule dan Drs Untung Suwahyono
Staf Peneliti pada Direktorat Pengkajian Ilmu Dasar dan Terapan,
BPP Teknologi

Plastik adalah suatu produk kimia yang telah dikenal dan digunakan
secara luas oleh seluruh lapisan masyarakat, baik yang bermukim di pedesaan
apalagi yang tinggal di kota-kota besar. Akhir-akhir ini muncul suatu
kekhawatiran karena ditakutkan bahwa kehadiran plastik akan dapat mengancam
kelestarian dan keasrian planet bumi kita. Pertanyaan yang muncul adalah
kenapa tumpukan plastik tersebut ditakuti oleh masyarakat?

Jawabannya karena selain tumpukan-tumpukan tersebut mengganggu
pemandangan yang merusak keindahan lingkungan, terlebih lagi karena plastik
dapat dihancurkan dengan cara dibakar, namun selain abunya tidak dapat
dicerna oleh tanah, asapnya ternyata dapat membangkitkan gas beracun yang
berbahaya bagi makhuk hidup.

Dampak negatif itu bukannya tidak terpikirkan oleh para ahli penemu
plastik. Untuk mengatasi limbah tersebut, hampir bersamaan dengan
ditemukannya teknolgi pembuatan plastik, mereka telah mencoba mengembangkan
berbagai jenis teknologi untuk pengolahan untuk mendaur ulang sampah
plastik, namun sampai kini, teknologi tersebut ternyata belum mampu
mengurangi tumpukan sampah plastik di alam.

Sebenarnya, teknologi daur ulang plastik yang kini banyak dipasarkan,
pada dasarnya hanyalah berfungssi untuk mengurangi pemakaian bahan baku
(virgine material). Artinya, sampah-sampah yang bertumpuk atau yang akan
dibuang ke alam, dikumpulkan, kemudian diolah untuk memproduksi jenis-jenis
barang plastik yang baru. Hal itu berarti pula bahwa penggunaan teknologi
tersebut hanyalah suatu upaya untuk memperlambat makin membesarnya
tumpukan plastik di alam.

Walaupun mesin-mesin pengolah sampah plastik sudah banyak dioperasikan
di berbagai negara, namun karena laju penggunaan plastik semakin meningkat
dari hari ke hari mengakibatkan tumpukan plastik bekas semakin banyak
(terutama di negara-negara maju). Hal ini mulai mengkhawatirkan dunia
internasional karena sudah mulai mengimbas ke negara-negara berkembang
seperti Indonesia.

Tentu masih segar dalam ingatan kita bahwa beberapa waktu yang lalu,
organisasi pencinta lingkungan hidup tingkat nasional maupun internasional
telah meributkan adanya ekspor sampah plastik dari suatu negara Eropa ke
Indonesia.

Sebenarnya, yang perlu adalah bagaimana lebih menggiatkan pendaur
ulangan sampah plastik yang ada di sekitar kita dan bagaimana menciptakan
bahan baku plastik yang bila dibuang, akan terurai secara sempurna di alam
sehingga tidak menyebabkan kerusakan lingkungan?

Hal ini sangat penting karena bila tidak cepat atau lambat akan terjadi
`bom sampah plastik' sehingga selain menimbulkan problem lingkungan, juga
akan menyita lahan yang tidak seidkit untuk tempat pembuangan plastik bekas
karena yang jelas, sampah tersebut tidak mungkin dihancurkan sempurna
apalagi dibuang ke negara lain.

Tidak bisa kita pungkiri bahwa dengan diketemukannya teknologi produksi
plastik, telah membawa suatu dampak baru pada pola kehidupan masyarakat.
Sebagai contoh, besi yang selama ini berperan penting untuk berbagai
kebutuhan, kini dapat diganti oleh plastik karena ternayat kini kita dapat
memproduksi plastik yang lebih unggul dari besi karena sifatnya yan lebih
keras, tidak berkarat dan tahan cuaca.

Denga plastik pula kita misalnya bisa menggunakan kain nilon yang lebih
indah dari sutera alam. Bahkan kin, tidak jarang kita jumpai para penjual
ketoprak tidak lagi menggunakan daun kelapa untuk membungkus ketupatnya
karena sudah diganti dengan palstik yang lebih praktis.

Pokoknya, penggunaan plastik sudah merasuk jauh dalam kehidupan
masyarakat, mulai dari sifatya yang tradisionil sampai ke yang canggih.
Akibatnya, dengan ruang lingkup penggunaan plastik yang seakan tidak
terbatas, pertumbuhan penggunaan palstik berlangsung dengan sangat pesat.

Untuk kita di Indonesia, selama Pelita V yang lalu, diperkirakan untuk
kebutuhan plastik jenis kantong saja, kita harus menyediakan tidak kurang
dari 22 ribu ton. Tentu jumlah tersebut akan berlipat kali bila kebutuhan
lainnya diperhitungkan seperti misalnya plastik utnuk keperluan alat rumah
tangga, bahan bangunan dan lain-lain.

Pada saat sekarang ini, secara global telah tercipta suatu komitmen
masyarakat internasional untuk menciptakan planet bumi ini sebagai planet
yang bebas sampah termasuk sampah plastik. Oleh karena plastik merupakan
bahagian dari kehidupan masyarakat kita, maka strategi fragmatis untuk
mengatasi hal tersebut adalah mengembangkan bahan-bahan plastik khusus
(tidak dapat terurai) untuk bahan konstruksi. Sedangkan plastik-plastik
yang bersifat serba guna dan digunakan secara luas oleh masyarakat,
bahan-bahannya diganti dengan plastik yang mudah dihancurkan oleh alam
(decomposible plastics).

Berkat ketekunan mereka (para ahli), bahan baku plastik kini dapat
diproduksi dengan bantuan mikroorganisme yaitu bakteri Alcaligenes
euthrophus. Metode tersebut ditemukan oleh lembaga penelitian Pasteur di
Prancis pada tahun 1927.

Mereka telah membuktikan bahwa bakteri tersebut dapat menghasilkan
polimer bahan baku utama untuk pembuatan plastik yang mudah terurai. Sayang
sekali, teknologi ini belum dapat dimasyarakatkan secara laus karena
dianggap biaya produksinya masih tinggi.

Berdasarkan proses pembuatannya, plastik yang mudah terurai dibedakan
atas 3 tipe yaitu:
1. Plastik yang dihasilkan dari suatu bahan akibat kerja dari suatu jenis
mikroorganisme (prekusor)
2. Plastik yang dibuat berdasarkan hasil rekayasa kimia dari bahan polimer
alami seperti serat selulosa dan bahan berpati (amylase) dan
3. Plastik dengan 0bahan baku polimer sinetik sebagai hasil dan sintesa
minyak bumi seperti poliester copolimer.

Bahan plastik decomposible (mudah terurai) berupa senyawa poliester
produk kerja mikroorganisme (bakteri), dalam sistem tata nama ilmu kimia
disebut : Poli-3-Hidroksibutirat (poli-3HB) atau Hidrooksivalate yang
terkandung dalam suatu bahan melalui cara fermentasi.

Walaupun sudah terbukti bahwa senyawa tersebut adalah bahan plastik yang
aman untuk lingkungan, namun pada awal ditemukannya, banyak orang yang
masih meragukan prospektifnya. Namun setelah 23 tahun, yaitu pada akhir
tahun 1950, prospek produk tersebut mulai menampakkan tanda-tanda cerah
yaitu saat para ahli berhasil meningkatkan kandungan Poli-3HV didalam sel
bakteri sampai 60%.

Keragaman plastik yang dihasilkan tergantung dari banyaknya jumlah
molekul 3HB atau 3HV dalam suatu rantai polimer. hal ini karena tingkat
kandungan 3HB/3HV akan menentukan tingkat elastisitas dari bahan plastik.

Serangkaian uji coba telah dilakukan dan diperoleh, bahwa pada produk
dengan kandungan 12% HB, memiliki keunggulan yang sama dengan plastik
konvensional plastik yang diperoleh dari bahan baku minyak bumi. Sifat
unggul tersebut antara lain: keras kuat dan titik leburnya 179 derajat
celcius. Dengan demikian maka untuk memproduksi suatu jenis plastik dengan
karakter tertentu, tinggal mengatur kandungan molekul 3HB/3HV-nya dalam
bahan bakunya.

Jenis plastik terurai (biokomposible) sebenarnya sudah diproduksi dan
dipasarkan oleh suatu perusahaan resin dari Inggris sejak tahun 1990,
namun lingkup pemasarannya masih sangat terbatas karena biaya produksinya
masih mahal yaitu untuk kapasitas 1000 ton/tahun harga produksinya
diperkirakan sebesar Rp 20.000/kg, tiga sampai lima kali lebih mahal bila
dibandingkan dengan harga bahan baku konvensional.

Untuk mengurangi biaya produk yang masih tinggi tersebut, para ahli
terus ebrupaya mencari terobosan yang baru. Salah satu diantaranya adalah Y
Dohi, seorang peneliti pada Tokyo Institute of Technology-Jepang. Beliau,
berkat ketekunannya, telah berhasil mengembangkan struktur baru bentuk
polimer P(3HB-co-4HB), dimana kandungan molekul 4HB mencapai 50% yang bila
digunakan sebagai bahan baku plastik akan dapat menghasilkan palstik yang
lebih elastis.

Struktur baru tersebut memberikan harapan besar karena bahan tersebut di
kemudian hari dapat digunakan untuk menggantikan bahan-bahan plastik yang
sifatnya serbaguna (plastik elastis) yang selama ini membawa banyak problem
pada lingkungan. Dengan demikian maka bahan baku hasil penemuan tersebut
diramalkan pemanfaatannya semakin beragam yang berarti pula tingkat
kebutuhannya kaan menjadi lebih besar. Produk baru tersebut akan laku di
pasaran bila harga jualnya bersaing dengan bahan baku asal minyak bumi.

Melihat prospektif yang dimiliki oleh bahan baku plastik produk
mikroorganisme ini, terlebih lagi jaminan keamanan lingkungan yang
ditawarkannya, kiranya pemakaiannya sudah perlu mulai dipertimbangkan oleh
industriwan kita. Hal itu bisa lebih dipacu bila seandainya negara-negara
pengguna plastik sepakat untuk memberikan subsidi sebagai insentif biaya
lingkungan.

http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1994/10/31/0012.html

Ultah KU

ari ini q ultah jugaaaa....
ach setelah UAS selesai, senengnyaaaaa... ultah juga... ngumpul ma temen2 jugaaaa, tapi g enaknya q harus pulang dengan baju basah, kotor dan bau telur.... iiiich.... males banget, akhirnya q mandi sore juga, uda lama g mengang sabun kalo sore...

thank smua..
Alhamdulillah q masih berthan sampai hari ini...
Mama I Love u, so much...