Kamis, 08 Januari 2009

Bioplastik

Rekayasa Bioplastik Berbahan Dasar Limbah Jagung dengan Plasticizer Asam Lemak Inti Sawit dan Aplikasinya Sebagai Pengemas Biodegradable untuk Bahan Pangan dan Farmasi
Nama Peneliti
Anggota Peneliti
:
Instansi/Jurusan : Jur. Pend. IPA
Jenis Penelitian : APHB LANJUTAN
Lokasi
:
Bidang Ilmu :
Tahun : 2006


Rekayasa Bioplastik Berbahan Dasar Limbah Jagung dengan Plasticizer Asam Lemak Inti Sawit dan Aplikasinya Sebagai Pengemas Biodegradable untuk Bahan Pangan dan Farmasi. Kata kunci :Bioplastik, limbah jagung, asam lemak inti sawit, bahan pengemas Masykuri, M.; Radiman, Cynthia L.; Arcana, I Made*) Fakultas KIP UNS, Penelitian, Dikti, Hibah Bersaing, 2007 Telah dilakukan rekayasa pembuatan bioplastik dengan bahan dasar limbah jagung dengan plasticizer asam lemak inti sawit. Plasticizer asam lemak inti sawit dipilih untuk menggantikan plasticizer komersial, yakni dioctylphtalate (DOP), trioctylphtalate (TOP), dan dioctylsebasate (DOS) yang bersifat toksik. Keuntungan plasticizer dari minyak nabati sebagai pengganti plasticizer sintetis adalah selain dapat diperbaharui, juga tidak bersifat racun dan lebih bersahabat dengan lingkungan. Penelitian ini mengkaji sintesis bioplastik zein dengan variasi 3 jenis plasticizer, yaitu: gliserol, asam oleat dan tanpa plasticizer sebagai pembanding. Variasi konsentrasi plasticizer/zein (v/w) yang diteliti terdiri dari 0,1/1; 0,2/1; 0,4/1; 0,8/1 dan 1/1.Karakterisasi yang dilakukan meliputi sifat termal, struktur dan morfologi lintang dan kristalinitas dari produk. Prosedur pengujian yang digunakan adalah berturut-turut ASTM D638-99, DSC, XRD, FTIR, dan SEM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin bertambahnya konsentrasi plasticizer, semakin lentur bioplastik yang dihasilkan. Bioplastik zein memiliki suhu transisi gelas, Tg, antara 110 - 165oC, pada pemanasan di atas suhu tersebut terjadi perubahan dari keadaan glassy ke rubbery. Ditinjau dari aspek morfologi lintang, struktur bioplastik dengan plasticizer asam oleat lebih baik daripada bioplastik dengan plasticizer gliserol atau tanpa plasticizer, karena memiliki struktur matrik polimer yang lebih rapat. Bioplastik dengan plasticizer asam oleat memiliki fasa kristalin yang paling besar dibanding kedua jenis bioplastik lainnya, fasa kristalin bioplastik dengan plasticizer gliserol relatif sama dengan bioplastik tanpa plasticizer. Pada aspek karakter mekanik, meningkatnya kadar plasticizer mampu meningkatkan kuat tarik. Kuat tarik dan perpanjangan putus menunjukkan penurunan dengan semakin lamanya waktu penyimpanan. Bioplastik dengan plasticizer asam oleat memiliki kuat tarik yang lebih tinggi dibanding bioplastik dengan plasticizer gliserol atau bioplastik tanpa plasticizer. Kuat tarik bioplastik dengan plasticizer asam oleat, gliserol dan tanpa plasticizer pada awal perlakuan berturut-turut adalah 7,8 MPa, 7,2 MPa dan 6,9 MPa.

E200 Eco, Ponsel Berbahan Jagung dari Samsung

E200 EcoIsu ramah lingkungan masih terus didengung-dengungkan. Banyak produsen elektronika yang kini mulai beralih ke roduk yang lebih ramah lingkungan.

Salah satunya adalah Samsung yang merilis ponsel Eco bioplastik E200 Berbeda dengan plastik biasa yang dibuat dari bahan minyak bumi yang tidak dapat terbarukan, bioplastik dibuat dari bahan-bahan biologis (terbarukan), seperti jagung.

Sebenarnya E200 Eco bukanlah ponsel bioplastik pertama dari Samsung. Juni lalu Samsung sudah merilis W510 dan F268 yang ramah lingkungan, alias terbuat dari bahan plastik berbasis jagung. Akan tetapi W510 dan F268 tidak seluruhnya ramah lingkungan karena desainnya terbuat dari plastik biasa dan bioplastik. Sementara itu seluruh casing E200 Eco terbuat dari bioplastik yang berbasiskan jagung.
.
Selain mulai mengharamkan bahan plastik yang berasal dari minyak bumi, Samsung juga mengklaim diri sebagai memproduksi ponsel dengan menggunakan teknik-teknik yang tidak menggunakan bahan-bahan berbahaya, seperti plumbum, kadmium dan merkuri. F268 dan E200 Eco berikut charger-nya pun bebas dari bahan-bahan yang bisa membahayakan lingkungan.

Menurut New York Times, selain Samsung, Nokia dan NEC juga mulai menggunakan bioplastik untuk produk-produk consumer-nya. Nokia tahun ini dikabarkan akan meluncurkan 40 model ponsel ramah lingkungan– masing-masing memiliki komponen yang dapat dengan mudah didaur ulang. [Kompas]

Bioplasitik edisi berikutnya

Bioplastik –Potensi dan Tinjauan

Oleh Grup Berita Duisburg (Asal dalam bahasa Jerman)

Biofan-Film yang terbuat dari asam polilaktat (polylacticacid /PLA) yang dapat membuat produk segar tampak semakin segar. (Foto: Treofan) Sebuah mangkuk buah-buahan yang terbuat dari biopolimer PLA produksi NatureWorks®. Polimer ini berasal dari berbagai sumber seperti tepung jagung atau gula. (Foto: NatureWorks LLC)

Bagaimana nasib sebuah botol soda plastik yang dibuang dan tidak didaur ulang? Ia diremukkan dan dicabik-cabik sampai ia mungkin berhasil menuju lautan. Setelah hancur menjadi partikel-partikel kecil, ia lalu berakhir dalam tubuh makhluk hidup, dan ini merupakan hal yang berbahaya bagi lingkungan kita. Ada yang tidak benar dalam hal ini. Hanswerner Mackwitz, direktur Institut Riset Alchemia-Nova untuk Fito Kimia Inovatif di Vienna, Austria, menguraikannya seperti ini: “Bila saya membuat sebuah produk plastik yang memiliki waktu paruh 450 tahun, tetapi menggunakannya hanya untuk beberapa minggu atau hari saja, maka ini merupakan suatu masalah.”1

Sebuah kantong belanja yang terbuat dari tepung tanaman. Kantong jenis ini digunakan di banyak pasar swalayan di seluruh Eropa. Kantong ini higienis, tidak berbau, praktis, dan dapat terurai seperti kompos. (Foto: BASF)

Teknologi baru dan produk jadi sekarang dapat mengatasi dilema ini dengan bioplastik. Bahan mentah untuk bioplastik adalah tepung dan minyak yang bersumber dari tanaman seperti jagung dan gula bit. Saat ini, kami mampu membuat rantai molekul berbahan dasar tanaman yang sama dengan rantai molekul bahan sepadan yang berasal dari minyak bumi. Di bawah kondisi tertentu, kebanyakan bahan baku bioplastik dapat membusuk dalam waktu 8 sampai 12 minggu.2

Kenyataan bahwa kita dengan cepat mendekati puncak minyak dunia 3, (titik di mana planet mencapai produksi minyak maksimum dan setelah itu tingkat produksi minyak di Bumi akan menurun sampai titik habis) dan dengan demikian maka minyak bumi yang mahal sebagai bahan dasar plastik dapat digantikan posisinya dengan generasi plastik yang baru ini. Plastik PLA (polylactic acid) dapat menggantikan keberhasilan plastik PET (polyethylenterephthalat), walaupun saat ini harganya 20% lebih mahal.

Pasar untuk plastik tumbuh 5% per tahun. Setiap tahun, lebih dari 200 juta ton plastik diproduksi di seluruh dunia. Di Jerman, 14 juta ton kemasan dari berbagai macam jenis diproduksi setiap tahun; dan plastik menyumbang 40% dari 1,8 juta ton bahan yang berfungsi sebagai kantong atau wadah yang dapat dibuang. Potensi pasar untuk bioplastik di Eropa mencapai 6 juta ton untuk jenis kemasan yang dapat dibuang 4, tetapi pangsa pasar untuk seluruh konsumsi plastik masih kurang dari 1%. European Bioplastics yang mewakili industri bioplastik di Eropa menyatakan bahwa pasar telah meledak di tahun 2006. Seiring dengan diperkenalkannya biokemasan ke seluruh mata rantai pasar swalayan di seluruh Eropa, maka pabrik-pabrik memperkirakan pertumbuhan penggunaan bioplastik akan mencapai 100% di tahun 2007 bila dibandingkan dengan tahun 2006.5

Kemasan bioplastik sudah tersedia di pasar-pasar swalayan di Inggris, Belanda, Italia, dan Austria. Plastik seperti ini menyodorkan tingkat permeabilitas penguapan oksigen dan air yang lebih tinggi daripada plastik tradisional sehingga dapat menjaga kesegaran buah dan sayuran tiga hari lebih lama. Inggris memainkan peranan utama dalam menemukan penerapan praktis untuk bioplastik. Di negara tersebut, selada dan sayuran organik telah dijual dalam wadah plastik yang dibuat dari bahan yang dapat didaur ulang setelah adanya skandal BSE. Semboyannya adalah “Bahan organik dikemas dengan kemasan organik.”

Proyek di Austria Bagian Atas yang dikenal dengan Loop Linz telah beroperasi sejak Tahun Emas 2 (2005). Tujuannya adalah untuk menyediakan kemasan yang dapat bertahan lama kepada pasar dan proyek ini didukung oleh pemerintah daerah serta organisasi lainnya. Loop Linz diprakarsai oleh Institut Riset untuk Inovasi Fitokimia yang disebutkan di atas dan telah menunjukkan bahwa teknologi ini sangat praktis digunakan. Berbagai macam barang di pasar swalayan dijual dalam kemasan bioplastik baru yang terbuat dari tepung tanaman. Produksi jenis kemasan baru ini mereduksi gas buangan CO2 sebesar 50%.6

Perusahaan Pro-tech 7 telah meluncurkan peralatan makan yang mudah terurai secara alami yang terbuat dari bahan-bahan yang dapat diperbarui.8 Para tukang kebun juga dapat membeli kain penutup, yang 100% dapat terurai secara alami, yang berfungsi sebagai jerami dan tersedia baik di toko-toko khusus atau online.9

Baki yang dapat diubah menjadi kompos yang dibuat dari AgroResin® produksi perusahaan Grenidea, yang merupakan serat alam, dan terbuat dari bahan alami seperti serat minyak kelapa (Foto: Grenidea) Pembungkus Walkman dari biopolimer diluncurkan oleh Mitsubishi dan Sony di Jepang. Bahan baru ini juga sedang diselidiki oleh Nokia dan Motorola. (Foto: Kaeb)
Sebuah mantel musim dingin yang 100% terbuat dari jagung. Versace menggunakan serat Ingeo® yang diambil dari PLA NatureWorks. (Foto: GB Studio) Pita perekat yang dapat terurai secara alami. (Foto: Innovia films)

Untuk memperoleh gambaran tentang perkembangannya di masa depan, kita dapat meninjau ke Hanswerner Mackwitz dari Institut Riset untuk Inovasi Fitokimia di Vienna: “Kami berharap agar sistem tanam polikultur berhasil. Dengan mengelola tanaman, tanah, serta organisme yang menguntungkan, maka panennya diharapkan akan semakin melimpah.” Sebagai contoh, di Austria, kami punya banyak biji buah-buahan, tetapi yang digunakan hanya daging buahnya saja, sedangkan bijinya tidak. Hal itu akan berubah. Sebagai contoh, lapisan luar biji yang keras dapat diubah menjadi ampelas yang dapat digunakan untuk memoles logam. Bagian dalam biji yang lunak dapat diubah menjadi minyak berkualitas tinggi atau kosmetik. Ini merupakan “harta karun” yang sampai sekarang dibuang begitu saja. Jadi, kita harus meneliti suatu tanaman sebagai suatu kesatuan. Bagaimana kita bisa memperoleh kegunaan maksimal dari tanaman? Sebagai contoh, sampai sekarang kita hanya menggunakan biji tanaman bunga matahari, atau kayu dan buah dari pohon buah. Tetapi, kandungan apa yang ada dalam kumpulan bunga, buah, biji, akar, batang, dan daunnya? Pengetahuan mengenai biologi tanaman akan mendorong penemuan material yang baru. Tujuannya adalah untuk menghasilkan solusi di daerah tertentu serta memberi pengaruh yang berkelanjutan.”4

Kita berada di awal Zaman Keemasan dan sekaranglah waktunya untuk menyelaraskan diri dengan Bunda Alam, khususnya ditinjau dari sudut sumber daya kita. Teknologi sudah ada dan sedang menanti untuk digunakan oleh manusia secara bijaksana dan bertanggung jawab. Kita memiliki kewajiban terhadap planet ini, dan terhadap masa depan anak-anak kita.

Referensi:

1 http://www.faktor-x.info/cms.php?id=1129

2 http://de.wikipedia.org/wiki/Biokunststoff

3 (titik di mana planet mencapai produksi minyak maksimum dan setelah itu tingkat produksi minyak di Bumi akan menurun sampai titik habis) Catatan Penerjemah http://www.dematerialisierung.de/cms.php?id=1106

4 http://www.faktor-x.info/cms.php?id=1123

5 http://www.european-bioplastics.org/media/files/docs/en-pr/061121_PR_Bioplastics_Boom.pdf

6 http://www.loop-linz.at

7 http://www.pro-tech.info/english/ehome.htm

8 http://www.pro-tech.info/neu/aktuell/index.php?itemid=13

9 http://www.pro-tech.info/neu/aktuell/index.php?itemid=8

Bioplastik –


Potensi
dan Tinjauan

Oleh Grup Berita Duisburg (Asal dalam bahasa Jerman)

Biofan-Film yang terbuat dari asam polilaktat (polylacticacid /PLA) yang dapat membuat produk segar tampak semakin segar. (Foto: Treofan) Sebuah mangkuk buah-buahan yang terbuat dari biopolimer PLA produksi NatureWorks®. Polimer ini berasal dari berbagai sumber seperti tepung jagung atau gula. (Foto: NatureWorks LLC)

Bagaimana nasib sebuah botol soda plastik yang dibuang dan tidak didaur ulang? Ia diremukkan dan dicabik-cabik sampai ia mungkin berhasil menuju lautan. Setelah hancur menjadi partikel-partikel kecil, ia lalu berakhir dalam tubuh makhluk hidup, dan ini merupakan hal yang berbahaya bagi lingkungan kita. Ada yang tidak benar dalam hal ini. Hanswerner Mackwitz, direktur Institut Riset Alchemia-Nova untuk Fito Kimia Inovatif di Vienna, Austria, menguraikannya seperti ini: “Bila saya membuat sebuah produk plastik yang memiliki waktu paruh 450 tahun, tetapi menggunakannya hanya untuk beberapa minggu atau hari saja, maka ini merupakan suatu masalah.”1

Sebuah kantong belanja yang terbuat dari tepung tanaman. Kantong jenis ini digunakan di banyak pasar swalayan di seluruh Eropa. Kantong ini higienis, tidak berbau, praktis, dan dapat terurai seperti kompos. (Foto: BASF)

Teknologi baru dan produk jadi sekarang dapat mengatasi dilema ini dengan bioplastik. Bahan mentah untuk bioplastik adalah tepung dan minyak yang bersumber dari tanaman seperti jagung dan gula bit. Saat ini, kami mampu membuat rantai molekul berbahan dasar tanaman yang sama dengan rantai molekul bahan sepadan yang berasal dari minyak bumi. Di bawah kondisi tertentu, kebanyakan bahan baku bioplastik dapat membusuk dalam waktu 8 sampai 12 minggu.2

Kenyataan bahwa kita dengan cepat mendekati puncak minyak dunia 3, (titik di mana planet mencapai produksi minyak maksimum dan setelah itu tingkat produksi minyak di Bumi akan menurun sampai titik habis) dan dengan demikian maka minyak bumi yang mahal sebagai bahan dasar plastik dapat digantikan posisinya dengan generasi plastik yang baru ini. Plastik PLA (polylactic acid) dapat menggantikan keberhasilan plastik PET (polyethylenterephthalat), walaupun saat ini harganya 20% lebih mahal.

Pasar untuk plastik tumbuh 5% per tahun. Setiap tahun, lebih dari 200 juta ton plastik diproduksi di seluruh dunia. Di Jerman, 14 juta ton kemasan dari berbagai macam jenis diproduksi setiap tahun; dan plastik menyumbang 40% dari 1,8 juta ton bahan yang berfungsi sebagai kantong atau wadah yang dapat dibuang. Potensi pasar untuk bioplastik di Eropa mencapai 6 juta ton untuk jenis kemasan yang dapat dibuang 4, tetapi pangsa pasar untuk seluruh konsumsi plastik masih kurang dari 1%. European Bioplastics yang mewakili industri bioplastik di Eropa menyatakan bahwa pasar telah meledak di tahun 2006. Seiring dengan diperkenalkannya biokemasan ke seluruh mata rantai pasar swalayan di seluruh Eropa, maka pabrik-pabrik memperkirakan pertumbuhan penggunaan bioplastik akan mencapai 100% di tahun 2007 bila dibandingkan dengan tahun 2006.5

Kemasan bioplastik sudah tersedia di pasar-pasar swalayan di Inggris, Belanda, Italia, dan Austria. Plastik seperti ini menyodorkan tingkat permeabilitas penguapan oksigen dan air yang lebih tinggi daripada plastik tradisional sehingga dapat menjaga kesegaran buah dan sayuran tiga hari lebih lama. Inggris memainkan peranan utama dalam menemukan penerapan praktis untuk bioplastik. Di negara tersebut, selada dan sayuran organik telah dijual dalam wadah plastik yang dibuat dari bahan yang dapat didaur ulang setelah adanya skandal BSE. Semboyannya adalah “Bahan organik dikemas dengan kemasan organik.”

Proyek di Austria Bagian Atas yang dikenal dengan Loop Linz telah beroperasi sejak Tahun Emas 2 (2005). Tujuannya adalah untuk menyediakan kemasan yang dapat bertahan lama kepada pasar dan proyek ini didukung oleh pemerintah daerah serta organisasi lainnya. Loop Linz diprakarsai oleh Institut Riset untuk Inovasi Fitokimia yang disebutkan di atas dan telah menunjukkan bahwa teknologi ini sangat praktis digunakan. Berbagai macam barang di pasar swalayan dijual dalam kemasan bioplastik baru yang terbuat dari tepung tanaman. Produksi jenis kemasan baru ini mereduksi gas buangan CO2 sebesar 50%.6

Perusahaan Pro-tech 7 telah meluncurkan peralatan makan yang mudah terurai secara alami yang terbuat dari bahan-bahan yang dapat diperbarui.8 Para tukang kebun juga dapat membeli kain penutup, yang 100% dapat terurai secara alami, yang berfungsi sebagai jerami dan tersedia baik di toko-toko khusus atau online.9

Baki yang dapat diubah menjadi kompos yang dibuat dari AgroResin® produksi perusahaan Grenidea, yang merupakan serat alam, dan terbuat dari bahan alami seperti serat minyak kelapa (Foto: Grenidea) Pembungkus Walkman dari biopolimer diluncurkan oleh Mitsubishi dan Sony di Jepang. Bahan baru ini juga sedang diselidiki oleh Nokia dan Motorola. (Foto: Kaeb)
Sebuah mantel musim dingin yang 100% terbuat dari jagung. Versace menggunakan serat Ingeo® yang diambil dari PLA NatureWorks. (Foto: GB Studio) Pita perekat yang dapat terurai secara alami. (Foto: Innovia films)

Untuk memperoleh gambaran tentang perkembangannya di masa depan, kita dapat meninjau ke Hanswerner Mackwitz dari Institut Riset untuk Inovasi Fitokimia di Vienna: “Kami berharap agar sistem tanam polikultur berhasil. Dengan mengelola tanaman, tanah, serta organisme yang menguntungkan, maka panennya diharapkan akan semakin melimpah.” Sebagai contoh, di Austria, kami punya banyak biji buah-buahan, tetapi yang digunakan hanya daging buahnya saja, sedangkan bijinya tidak. Hal itu akan berubah. Sebagai contoh, lapisan luar biji yang keras dapat diubah menjadi ampelas yang dapat digunakan untuk memoles logam. Bagian dalam biji yang lunak dapat diubah menjadi minyak berkualitas tinggi atau kosmetik. Ini merupakan “harta karun” yang sampai sekarang dibuang begitu saja. Jadi, kita harus meneliti suatu tanaman sebagai suatu kesatuan. Bagaimana kita bisa memperoleh kegunaan maksimal dari tanaman? Sebagai contoh, sampai sekarang kita hanya menggunakan biji tanaman bunga matahari, atau kayu dan buah dari pohon buah. Tetapi, kandungan apa yang ada dalam kumpulan bunga, buah, biji, akar, batang, dan daunnya? Pengetahuan mengenai biologi tanaman akan mendorong penemuan material yang baru. Tujuannya adalah untuk menghasilkan solusi di daerah tertentu serta memberi pengaruh yang berkelanjutan.”4

Kita berada di awal Zaman Keemasan dan sekaranglah waktunya untuk menyelaraskan diri dengan Bunda Alam, khususnya ditinjau dari sudut sumber daya kita. Teknologi sudah ada dan sedang menanti untuk digunakan oleh manusia secara bijaksana dan bertanggung jawab. Kita memiliki kewajiban terhadap planet ini, dan terhadap masa depan anak-anak kita.

Referensi:

1 http://www.faktor-x.info/cms.php?id=1129

2 http://de.wikipedia.org/wiki/Biokunststoff

3 (titik di mana planet mencapai produksi minyak maksimum dan setelah itu tingkat produksi minyak di Bumi akan menurun sampai titik habis) Catatan Penerjemah http://www.dematerialisierung.de/cms.php?id=1106

4 http://www.faktor-x.info/cms.php?id=1123

5 http://www.european-bioplastics.org/media/files/docs/en-pr/061121_PR_Bioplastics_Boom.pdf

6 http://www.loop-linz.at

7 http://www.pro-tech.info/english/ehome.htm

8 http://www.pro-tech.info/neu/aktuell/index.php?itemid=13

9 http://www.pro-tech.info/neu/aktuell/index.php?itemid=8

Monitor Mini dalam Lensa Kontak

Menemukan perangkat elektronik portable kini sudah bukan hal sulit. Trennya, produk ini punya fungsi sampingan untuk akselerasi penampilan. Terutama untuk aksesori. Para peneliti di University of Texas mencoba membuatnya dalam format berbeda, yakni contact lens. Perangkat ini berfungsi layaknya layar monitor pribadi. Mengintegrasikan objek yang dilihat dengan beberapa informasi tambahan. Teknologi ini bernama superimpose.
Para peneliti menggunakan teknologi yang disebut mikrofabrikasi. Mereka menggunakan contact lens berbahan dasar polyethylene tetraphthalate. Materi itu semacam plastik yang biasa ada dalam botol minuman. Bagian luar contact lens tersebut dilapisi kabel-kabel metal tipis untuk menghubungkan komponen-komponen LED mini. Selanjutnya, contact lens dilapisi dengan polymethyl methacrylate (PMMA). Itu merupakan komponen biokompatibel yang biasa digunakan sebagai lapisan luar contact lens berbahan keras.
"Jika kamu melihat struktur lensanya, itu hanya sebuah polimer. Seperti pada contact lens biasa," ujar Babak Parviz, ilmuwan elektronika di University of Washington yang melakukan penelitian ini. "Namun, kami punya ide untuk membuatnya berfungsi lebih dari sekadar memperbaiki penglihatan," lanjutnya seperti dikutip dari Harian Jawa Pos, 29/1.
Fungsi itu disebut para peneliti sebagai augmented reality. Maksudnya, menambah realitas yang dilihat mata biasa dengan berbagai informasi. Itu akan sangat berguna bagi orang-orang dengan pekerjaan tertentu. Misal, tentara yang sedang di medan perang. Hal tersebut berguna memberikan informasi mengenai kondisi geografis daerah yang sedang menjadi tempatnya bertugas.
Selain menggunakan superimpose, contact lens ini sedang dikembangkan untuk berbagai fungsi lain. Di antaranya, sebagai layar additional berkoneksi bluetooth. Fungsinya, itu bisa dikoneksikan untuk berbagai perangkat elektronik, seperti ponsel dan PMP (portable media player).
Jika fungsi tersebut berhasil dikembangkan, tentu akan berhasil mengurangi angka kecelakaan. Sebab, pengendara mobil atau motor tetap bisa melihat situasi di jalan. Sementara, pengguna dapat memilih lagu untuk didengarkan melalui iPod atau mengganti saluran radio.
Perangkat ini juga akan berfungsi sebagai "layar" untuk proyektor mini. Meski sangat fungsional, contact lens masih punya banyak kekurangan. Ke depan, berbagai perbaikan dilakukan. Terutama dalam hal ukuran LED. Pada prototype yang dipublikasikan pada awal Januari, hanya terdapat 16 buah LED. Masing-masing dengan diameter 300 mikrometer.
Rencananya, diameter itu diperkecil hingga tinggal sekitar 30 mikrometer (seper seribu diameter rambut manusia). Tujuannya, memungkinkan ratusan LED terpasang dalam satu contact lens. Perbaikan juga terjadi pada mekanisme kerja. Terutama untuk mengurangi panas yang dihasilkan sirkuit.**

Sumber foto : Jawa Pos kemudian http://www.technologyindonesia.com/productinfo.php?id=32

Pati Bahan Alternatif Bioplastik Pengganti Glukosa

JAKARTA : Pati atau limbah pati mampu menghasilkan bioplastik yang aman bagi lingkungan dengan harga yang lebih murah dibanding menggunakan bahan glukosa.

'' Bioplastik selama ini dinilai relatif mahal karena menggunakan glukosa yang dihasilkan melalui proses yang juga mahal. Namun, bioplastik yang dihasilkan dari pati atau limbah pati mampu menekan harga jauh lebih murah,'' ujar Ir Siti Syamsiah, PhD, peneliti senior Universitas Gadjah Mada dalam Seminar Riset Unggulan Terpadu Internasional (RUTI) di Jakarta, belum lama ini.

Siti Syamsiah mengatakan, bioplastik dibutuhkan untuk mengurangi penggunaan plastik biasa yang dihasilkan dari BBM. '' Plastik dari BBM, banyak mengandung bahan-bahan karsinogen, sehingga mampu meracuni tubuh. Sementara itu, BBM juga terbatas dan lebih diprioritaskan untuk bidang energi karena sumbernya semakin turun,'' ujarnya.

Di sisi lain, berbagai keperluan masyarakat hampir seluruhnya menggunakan plastik sedangkan limbah yang dihasilkan tidak mampu diuraikan bakteri hingga bertahun-tahun lamanya. Akhirnya, limbah menumpuk, sedangkan penggunaan plastik semakin meningkat. Sementara plastik yang didaur ulang hanya mencapai 10 persen dari limbah yang ada. Sisanya masih berada di lingkungan manusia, dan menimbulkan pencemaran.

Bioplastik hasil penelitiannya, menggunakan limbah pati yang berasal dari ketela. Limbah pati diproses oleh bakteri tertentu sehingga menghasilkan polimer yang disimpan dalam tubuhnya. Melalui proses dengan kondisi tertentu, akan dihasilkan mikroorganisme yang mampu menghasilkan polimer sebanyak-banyaknya. Mikroorganisme tersebut kemudian dipisahkan selnya, untuk menghasilkan polimer (bahan plastik). ''Selain renewable, limbah bioplastik ini juga mampu diurai lingkungan dalam waktu hanya 6 bulan. Bioplastik juga jauh lebih lentur dibanding plastik biasa,'' ujarnya.

Memasuki tahun ketiga penelitiannya, akan direncanakan diproduksi dengan skala semi industri sehingga mampu menghasilkan polimer dalam jumlah cukup banyak. ''Dalam skala besar, mungkin tidak hanya limbah pati, melainkan juga menggunakan pati murni,'' ujarnya. Selain itu, tengah dipertimbangkan mengganti penggunaaan choloform dalam proses pemurnian dengan hidrogen peroksida yang jauh lebih aman dan murah.

Siti mengakui, pengembangkan bioplastik di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia masih tertinggal dibanding negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. ''Di negara-negara maju, kesadaran bahaya limbah plastik yang berasal dari BBM sudah tinggi sehingga kebutuhan bioplastik cukup tinggi. Selain bisa digunakan untuk berbagai keperluan sehari-hari, juga bisa digunakan untuk kedokteran seperti alat transplantasi, karena aman dalam tubuh,'' ujarnya. (Lea)


http://www.technologyindonesia.com/news.php?page_mode=detail&id=47

BIOPLASTIK......

Material plastik ramah lingkungan dan hemat energi, Bioplastik


Akhir-akhir ini topik tentang Bioplastik banyak saya dapatkan dalam berbagai media cetak dan elektronik. Sebetulnya bidang Bioplastik sendiri bukan sesuatu yang baru. Jauh sebelumnya sudah dikenal bahkan sudah diaplikasikan dalam beberapa bidang industri.

Bioplastik merupakan jenis plastik atau polimer yang dibuat dari bahan-bahan biotik seperti jagung, singkong ataupun mikrobiota. Berbeda dengan plastik konvensional yang sering kita gunakan, yang umumnya dibuat dari minyak bumi dan gas alam.

Ada dua isu penting yang menurut saya membuat Bioplastik ini “naik daun” ; isu kelestarian lingkungan dan isu kenaikan harga bahan bakar minyak bumi. Bioplastik merupakan jenis plastik yang secara teknis mudah untuk terurai di alam. Bioplastik yang tersusun atas komponen-komponen alam akan lebih mudah didegradasi oleh bakteri-bakteri pengurai karena senyawa penyusunnya sudah “dikenal” oleh bakteri-bakteri pengurai. Berbeda dengan plastik konvensional saat dibuang ke lingkungan plastik jenis ini tidak dapat terurai. Dalam jangka panjang di khawatirkan memberikan efek kerusakan tanah dan air yang kronis. Bahan baku Bioplastik adalah bahan-bahan bio massa seperti biji-biji tanaman, bahan Bioplastik bukan berbasis minyak bumi dan gas alam. Kelebihan ini memberikan insentif Bioplastik terutama saat harga minyak bumi sedang melambung tinggi.

Namun Bioplastik juga memiliki beberapa kekurangan. Saat ini teknologi proses Bioplastik masih lebih mahal dibandingkan biaya produksi plastik konvensional. Isu kekuatan Bioplastik juga merupakan kelemahan plastik jenis ini, Bioplastik dinilai kurang memiliki kekuatan dan daya tahan mekanik dibandingkan plastik konvensional. Untuk meningkatkan kinerja Bioplastik ditambahkan bahan-bahan aditif atau dicampur dengan plastik konevnsional.

Bioplastik terdiri atas beberapa jenis, yang paling luas penggunaan dan produksinya adalah :

Bioplastik berbasis pati
Menguasai sekitar 50% pasar Bioplastik, umumnya digunakan untuk bahan kemasan termoplast, diproduksi dari bahan-bahan alam yang mengandung karbohidrat.

Bioplastik berbasis Asam Polilactat (PLA)

PLA adalah bioplastik bening yang biasanya diprodusi dari bahan jagung atau sumber gula alam, umumnya digunakan sebagai bahan kemasan. PLA dihasilkan dari proses fermentasi senyawa-senyawa gula yang diperoleh dari bahan alam. Hasil fermentasi menghasilkan asam laktat yang dipolimerisasi untuk menghasilkan plastik PLA, siap untuk dibentuk sesuai produk yang diinginkan.

Dari sisi aplikasi manufacturing, NEC dan Fujitsu Jepang merupakan contoh perusahaan yang menunjukkan potensi Bioplastik sebagai laternatif material yang dapat digunakan dalam industri elektronik. Bahkan Fujitsu sudah menghasilkan komputer note book dengan bahan casing dari Bioplastik. Monsanto dan DuPont Chem perusahaan kimia raksasa yang merupakan salah satu pionir pengembangan material Bioplastik.

Salah satu bagian proses pembuatan Bioplastik adalah modifikasi genetik yang melibatkan mikroorganisme. Proses modifikasi genetik ini dianggap merupakan kunci masa depan agar proses pembuatan Bioplastik lebih murah dan lebih sdeikit mengkonsumsi bahan bakar minyak.
Metabolix salah satu perusahaan yang begerak dalam bidang pembuatan Bioplastik mengkalim telah memiliki berbagai paten yang terkait dengan proses rekayasa genetik mikroba untuk dapat membuat Bioplastik lebih ekonomis ( Businessweek 16 Juli 2008 ).

Sampai sejauh mana Bioplastik dapat menjadi penganti plastik konvensional yang lebih ekonomis dan lebih ramah lingkungan, kelihatannya masih membutuhkan waktu lebih lama. Tapi sampai sejauh ini Bioplastik masih merupakan kandidat potensial sebagai material ramah lingkungan, pengganti plastik konvensional.

Tambahan, berikut adalah time line event yang terkait dengan pengembangan Polimer dan Bioplastik (sumber : Businessweek 16 Juli 2008 ).

•Tahun 1939 DuPont memperkenalkan Nilon.
•Tahun 1941 Ilmuwan Denmark menemukan istilah ”rekayasa genetika”
•Tahun 1946 Tupperware melakukan revolusi cara penyimpanan makanan.
•Tahun 1953 James watson dan Francis Crick menemukan model struktur DNA.
•Tahun 1974 Krisis minyak bumi global meggerus laba DuPont, mereka mengalokasikan dana litbang ke Bioteknologi.
•Tahun 1977 Greentech memproduksi protein manusia dalam bakteri.
•Tahun 1989 Mikroorganisme digunakan untuk membersihkan tumpahan minyak.
•Tahun 1992 Metabolix didirikan.
•Tahun 1998 Monsanto Inc menghentikan percobaan Bioplastiknya.
•Tahun 2005 Uni Eropa melarang mainan plastik yang mengandung petrokimia yang beracun.
•Tahun 2006 Penggunaan minyak bumi di AS untuk botol air plastik adalah 17 juta barel.
•Tahun 2007 Metabolix bekerjasama dengan ADM membuat pabrik Bioplastik dengan skala penuh.
•Tahun 2008 harga minyak meningkat menjadi $138 perbarel, AS menekan pembuatan dan penggunaan botol plastik.

http://wagenugraha.wordpress.com/2008/08/11/material-plastik-ramah-lingkungan-dan-hemat-energi-bioplastik/